Malam ini istri masak indomie rebus. Ada ceker di kulkas. Sekalian aja dicampurin. Dia potong-potong ceker itu kecil-kecil. Tambah daun bawang dan cabai rawit. Dia senang makan pedas. Tapi, perutnya kalah kuat denganku.
Buatku, dia masak indomie aceh. Gak pakai ceker, si. Susah kalau Indomie goreng pakai ceker. Kalau kuah, cekernya bisa ikut direbus sekalian. Tapi, karena ini goreng, jadi susah. Akhirnya kami sepakat untuk berbagi ceker. Maksudnya, aku icip-icip ceker di indomienya. Hehe.
Malam-malam hujan rintik. Dingin dan sayup-sayup terdengar solawatan di kejauhan. Seseorang melintas depan warung saat aku mengambil buah naga. Buah yang tak diaukainya. Dia pernah icip buah naga seujung sendok dan langsung muntah-muntah.
Seperti biasa aku selalu banyak pikiran. Entah hujan entah tidak, tetap saja aku banyak pikiran. Dari pada banyak pikiran gak jelas, lebih baik makan indomie anget-anget buatan istri. Sambil menunggu istri selesai masak indomie, aku corat-coret saja di sini.
Kalau dipikir-pikir, aku ini kurang aktif berbicara. Banyak diam tapi banyak yang dipikirkan. Mungkin sesekali aku harus menyempatkan bicara. Bicara dengan orang lain, dengan istri, dengan teman, bahkan dengan diri sendiri. Mungkin malam ini. Bicara panjang lebar dengan istri sampai tertidur kayaknya enak. Seperti mie ceker rebus ini. Setelah aku cek lagi, ternyata bukan indomie melainkan sarimi dan mie sedap.
Selasa, 9 November 2021, 21.14
Komentar
Posting Komentar