Langsung ke konten utama

Menikmati Subuh

Menikmati Subuh

            Pagi ini dingin. Setelah solat subuh aku naik ke atas rumah untuk menikmati subuh. Sayup-sayup kudengar pengajian dari masjid di dusun lain. Ada pula suara-suara serangga pagi yang beraneka ragam.

            Langit mendung. Semalam hujan rintik tak hentihentinya mengguyur bumi ini. Aku bersyukur atas apa yang masih kumiliki hari ini. Aku masih bisa mencium wangi masakan yang menguap menembus atap-atap rumah warga. Kulitku masih merasakan dingin dan sejuk. Telingaku masih jernih mendengar suara-suara alam. Mataku masih bisa melihat langit. Pikiranku masih dapat kugunakan. Aku masih punya kesempatan menulis. Apalagi yang kurang?

            Terkadang, manusia sibuk mengejar apa yang tak ada di genggamannya dan melupakan apa yang sudah ia punya. Seorang pasangan berselingkuh sebab melihat ada yang lebih cantik, lebih ganteng, kaya, menyenangkan, dan menggairahkan. Seorang sibuk bekerja sebab menginginkan lebih, lebih, dan lebih. Manusia tak akan pernah berhenti menginginkan sesuatu kalau ia tak pandai mensyukuri apa yang sudah ia punya.

            Mungkin, hari ini kamu pun demikian. Kamu lari dari tanggung jawabmu sebab kamu menginginkan tanggung jawab lain. Meski tanggung jawab yang kamu inginkan sesungguhnya memang telah kamu genggam. Namun,kamu sebenarnya bersyukur karena mendapat pengalaman berharga selama satu tahun di sana.

            Bicara soal tanggung jawab, sebenarnya kamu lari dari tanggung jawab yang satu ke tanggung jawab yang lain. Sama seperti takdir. Bedanya, tanggung jawab berada dalam kontrolmu. Tanggung jawab adalah pilihan yang secara aktif bisa kamu pilih. Kamu sudah tahu hal ini lama sekali. Tapi memilih bertanggung jawab ternyata sebuah pengalaman belajar yang tak bisa putus. Kamu akan terus mengalami hal seperti ini sampai kamu belajar darinya.

            Kamu akan terus membuat-buat alasan. Pikiranmu akan mampu menyuguhkan alasan-alasan yang kamu butuhkan untuk setiap apa yang kamu lakukan. Begitulah pikiran. Ia tak sepenuhnya bertindak sebagai raja. Ia hanya panglima dan penunjuk jalan. Kadang ia hanya budak. Namun, kamu telah memutuskan dan kamu harus menikmati keputusanmu. Bertanggung jawab terhadap apa yang telah kamu putuskan. Mengungkap segalanya dengan lembut dan berani. Tidak menyusahkan orang lain. Hari ini, selesaikan apa yang menjadi tugas-tugasmu. Jangan sampai kamu meninggalkan hal-hal yang harusnya kamu kerjakan. Jangan merepoti orang lain.

            Ketika kita membuat keputusan hari ini, kita mungkin yakin bahwa keputusan ini adalah yang terbaik. Namun, siapa yang tahu masa depan akan seperti apa? Mungkinsetelah seminggu, sebulan, atau setahun, semua terbukti bahwa memang ini keputusan terbaik.

            Bisa juga sebaliknya, waktu membuktikan bahwa keputusan kita salah. Kita tak pernah tahu masa depan seperti apa. Jadi, kalau kita sudah menganggap mengambil keputusan terbaik hari ini maka cukup sudah, tak perlu risau lagi akan ketepatan keputusan kita. Yang penting adalah kita sudah berusaha memutuskan dengan sungguh-sungguh. Tak boleh ada penyesalan. Kita manusia bisa salah.

            Rabu, 10 November 2021, 05.09; Atap Rumah Sikasur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...