Langsung ke konten utama

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara


Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara: 
  1. Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames.
  2. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi. 
  3. Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi. Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta. 
  4. Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto.
  5. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja. 
  6. Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dari mandiraja. Mengaku suka menegur guru secara blak-blakan. Suka melontarkan candaan-candaan. Berasal dari Mandiraja. 
  7. Bapak Darto. Waka sarpras. Berasal dari mandiraja juga. Terlihat seperti orang yang tidak banyak bicara dan cekatan. 
  8. Ibu Ratna Ayu Kartika Wulan. Kepala Madrasah. Asal: belum tahu. Rajin cek kantor guru, biasanya pagi-pagi. Titen. 
  9. Ibu Imelda. Ibu guru bahas Inggris. Dari tampilan wajahnya, terlihat kalau beliau adalah orang yang cerdas. Beliau menempati ruang lab bahasa Inggris. Asli Sokanandi. Di awal pertemuan kami, beliau langsung memberi tugas dan menantang Bu Anti memberikan ide terbaiknya terkait bahasa Inggris. 
  10. Pak Fajar, fotografer, sosoknya mengingatkan saya akan pegawai laki-laki di MI Muhammadiyah Petambakan, tugasnya pun sama, membuat flayer kegiatan yang dilakukan di Metrobara. 
  11. Pak Hengky, yang menyosialisasikan kepada anak-anak untuk class meeting dan yang mempersilakan saya untuk perkenalan di depan anak-anak kelas 7 dan kelas 8. Pak Hengky menjabat sebagai Waka Kesiswaan. Kemungkinan beliau juga menjabat sebagai pembina OSIM Metrobara. 
  12. Pak Rizqi, dipanggil Pak Al, terlihat selalu stylis, beliau yang berdiri di samping saya saat saya perkenalan di depan siswa, angkatan PPPK tahun lalu, sepertinya bisa main tenis meja. 
  13. Pak Edo, lemu, berjanggut dan seperti solin boy, ternyata kakak kelas saya di MAN 1 Banjarnegara, yang suka ikut nimbrung saat pelaksanaan kegiatan Pramuka Mansabara, sama-sama muridnya Pak Rohis.
  14. Bu Yayu, sela, Sekarang Sokanandi, ketemu pertama kali di perpus, wajahnya khas dan ramah.
  15. Pak Ibnu, guru bahasa Indonesia, orangnya terlihat riang dan santai, sedang mengikuti PPG di UPGRIS seperti saya. Kemungkinan bisa diajak bekerja sama menyelesaikan proyek-proyek PPG agar bisa lebih ringan pengerjaannya. Pertama kenalan saat sedang piket MBG. 
  16. Pak Putut, mukanya mengingatkan saya dengan siswa bernama Rafi, saya masih belum tahu dia ngajar apa, dia ingin menghidupkan lagi badminton di Metrobara. Ya, semoga berhasil. 
  17. Pak Kholid, tukang bersih-bersih di MTs N 2 Banjarnegara, pandangannya tentang ngalap berkah di lembaga yang mengajarkan ilmu pengetahuan cukup unik, bercerita telah mengabdi selama kurang lebih 7 tahun di MTs N 2 Banjarnegara, sebelumnya bekerja di pombensin depan Depo Pelita. 
  18. Pak Jo, Pak OB di MTs N 2 Banjarnegara, setiap pagi mengantarkan minuman ke meja guru, minuman air putih hangat yang menyenangkan, tidak banyak bicara, pernah melihat beliau sedang mengepel lantai TU. 
  19. Bu Sri, guru BK agak lemu, duduk di samping Ibu Alta, ramah dan sangat suka bercerita, dulu daftar seleksi CPNS ketika masih ada penempatan di sekolah swasta dan negeri, bisa milih tempat penempatannya, negeri atau swasta. 
  20. Bu Ulfah, guru BK, kalau tidak salah dengar, orangnya ramah dan pulang sesuai jam absen karena rumahnya jauh. Duduk di samping meja Pak Afan BK yang disekati dengan lemari berisi karya-karya siswa. Dapat salam dari Bu Bekti. 
  21. Pak Afan, guru yang di pojokan ruang BK, sepertinya orangnya pendiam, tak banyak bicara, dan terlihat serius. 
  22. Bu Endah, guru bahasa Indonesia senior, menjabat sebagai kepala perpustakaan MTs N 2 Banjarnegara, pembawaannya tenang dan gerakannya lambat, punya dua gelar sarjana, yaitu pendidikan dan agama, ditambah satu gelar magister.  
  23. Pak Wisnu, nyeting absen, bagian TU, PPPK angkatan baru, berjanggut dan sepertinya orangnya religius dan cukup santai.
  24. Ibu Dina, SKI kelahiran tahun 1997, pernah bersekolah di Metrobara bersama dengan istri saya Anjas Saraswati dan pernah bersekolah bareng juga di MAN 2 Banjarnegara. 
  25. Pak Siswo, beliau menjadi MC di acara rapat penegasan kenaikan kelas 7 dan kelas 8, orangnya tak banyak tanya namun sepertinya ramah. 
  26. Ibu Ismi. Guru kelas riset kelas 7. Mapel IPA. Salah satu ciri-cirinya adalah ada memakai kacamata bulat. Ada tahi lalat di bawah hidungnya. Mengajar mapel IPA. Responsif. Saat saya meminta bahan berita eksplorasi geologi BRIN, beliau dengan cepat memberikannya lengkap dengan susunan acaranya. 
  27. Pak Nang: Bapak-bapak yang sudah tua dan sebentar lagi akan pensiun. Beliau biasanya duduk di depan lobi kantor saat akan presensi pulang dan menanyakan apakah saya berhasil melakukan presensi atau tidak. Sosoknya membuatku merenung, kelak jika aku setua itu, apakah masih bisa mengajar? 
  28. Ibu Fai: Orangnya ramah, senang bercerita, percaya diri dan optimis. Berjalan dengan sedikit pincang, entah apakah karena kecelakaan atau karena apa. Saya tak enak hati akan bertanya. 
  29. Pak Kholidun guru Matematika: Menggantungkan HP nya dengan tali gantungan di lehernya. 
  30. Pak Supriyono: Pakai kacamata yang disolasi pinggirnya, beruban, serius mendengarkan pemateri, menginap di ruang pojokan depan masjid yang dulu dipakai sebagai ruang BK. Guru Bahasa Inggris. 
  31. Bu Ani, rumah asli di Ampelsari. Saya pernah takziah ke rumah Almarhumah ibunya di Kalipelus dengan naik sepeda motor. Bu Ani berkacamata. Punya pandangan orang-orang Ampelsari adalah SDM rendah dan tidak mengutamakan pendidikan. wiyata 15 tahun, ikut PNS pakai jalur khusus, berpandangan bahwa daerah Ampelsari SDM rendah karena banyak yang tidak kuliah dan bahkan SMA, mengkritisi pandangan masyarakat tentang berqurban yang sebenarnya boleh dilakukan berkali-kali. Sepertinya orangnya religius, duduk di bangku lobi membawa mukena dan setelah mengobrol singkat, melanjutkan aktivitasnya yaitu solat duha ke musola Metrobara. 
  32. Retno Suwarsiki, S.Pd., Guru PJOK. Dapat informasi dari Sasti, alumni Metrobara bahwa beliau termasuk guru yang galak. Pernah menawariku gorengan bakwan, tempe, dan lain-lain. Memakai celana kulot dan jarang kulihat memakai rok. 
  33. Bopo Hidayat, Bisa ngemsi pernikahan. Akrab dengan semua orang. Guru Agama. 
  34. Bu Sonya, duduk di sebelah kanan meja Bu Vita. 
  35. Bu Yani, meja nomor 2 sebelah kanan. menjadi koordinator tim akresitasi perpustakaan bidang inovasi dan kreativitas. Beliau berkacamata. 
  36. Heru Setiawan, guru olahraga. Di dalam angkot tak banyak bicara. Sepertinya beliau guru yang disukai murid-muridnya. Saya melihat sebuah kotak foto dirinya dan murid-muridnya di samping meja beliau. Beliau sesekali melemparkan candaan saat di dalam angkot. 
  37. Fatma Nor Farida, kalau tidak salah. Beliau guru bahasa Inggris yang duduk di hadapan saya ketika naik angkot ke rumah Pak Nang. Orangnya suka ngomong, maksud saya ngobrol. Mungkin. Postur tubuhnya tambun dan mukanya segar. Kalau tak salah ingat, beliau adalah orang yang ikut pembukaan PPG bareng Pak Ibnu.
  38. Pak Supri, saya pernah mendengar beliau dipanggil Kiai. Beliau duduk di samping saya di dalam angkot yang membawa rombongan ke kediaman Pak Nang. Saat pulang, beliau duduk di pojokan angkot dan tertidur. 
  39. Ibu Siti Fadilah, merupakan Ibu dari Pak Af'an. Duduk di pojokan angkot saat berangkat ke rumah Pak Nang untuk perpisahan. Kemungkinan besar mejanya di kantor tepat di depan Bu Dina. Suaranya khas dan mudah diingat. 
  40. Pak Anto, memberikan pidato kesan pesan pada perpisahan Pak Nang. Pidato yang sangat baik beliau sampaikan terkait dedikasi Pak Nang selama menjadi guru di Metrobara. Beliau bahkan sempat menyanyi meski tak utuh. Posturnya tinggi besar dan orangnya tidak ragu-ragu.
  41. Bu Titik Srilestari, SE, guru PKN dari Jepara. Saat workshop pembuatan modul ajar, beliau duduk di sebelah grup guru bahasa Indonesia, sudah lama di Banjarnegara tapi logat ngapaknya belum juga terbentuk, saat ini duduk di samping kanan bangkunya Ibu Dina. Orangnya ramah dan murah senyum. 
  42. Ibu Almi, ketemu depan gerbang waktu absen pusaka masih susah. Duduk di sebelah Kanan Bu Anti. Orangnya ramah dan friendly, sepertinya. Pernah nanya foto Anjas di HP-saya, sayangnya tak ada foto Anjas di HP saya. Jadi, ya gak ada. Aku pernah mengendarai motornya ketika pulang kondangan di acara nikahan anaknya Ibu Pengawas, Ibu Nurlaeli.
  43. Bu Titin, Guru Bahasa Inggris, yang duduk di baris paling depan sebelah pintu. 
  44. Bu Yuli, guru yang duduk di pojok kanan paling depan, meja nomor dua setelah kulkas. Berangkat sangat gasik. Aku saja sampai kalah gasik. Beliau duduk di kantor guru menghadap ke selatan. Persisnya di pojok kanan paling depan. 
  45. Pak Eko Rizki, jadi MC pada acara penguatan dan pembekalan CPNS dan PPPK. Tinggi dan berjanggut panjang. 
  46. Bu Eri, guru Bahasa Jawa, duduk di barisan kanan dari belakang adalah baris ke-4, menawarkan makan pada Pak Rohis saat Pak Rohis lewat di barisannya. Sempat tawar menawar RPP dengan Bu Vita, RPP bahasa Jawa kelas 7.

  47. Pak Lasno, berjanggut tipis, duduk di belakang bu Titik saat memakai sepatu, mengajak kenalan saya langsung di parkiran, tampak religius.

  48. Bu Febri, beliau bendahara di jajaran staf TU yang dipimpin Pak Wahyu. 

  49. Bu Arba. Namanya adalah menemukan sesuatu. Find a. Menemukan sesuatu. 

  50. Bu Nirmala, hampir sama dengan Bu Sri. Agak sulit untuk membedakannya. Namanya adalah salah satu Rumah sakit di purbalingga. 

  51. Bu Sri, hampir sama dengan Bu Nirmala. Agak susuah membedakannya. Beliau adalah dewi padi. 

  52. Pak Furqon, Penjaga perpustakaan bareng dengan Bu Datin. 

  53. Bu Datin, pakai kacamata, seperti Bu Ani PPKN di MAN 1 Banjarnegara, memanggilku Pak Ari, suaranya ramah dan ringan.

  54. Pak Mujjib, guru TIK. Beliau pernah bercerita punya istri lulusan pondok pesantren. Beliau dijodohkan oleh Pak Kiai di pondok pesantrennya. Istrinya mendaftar PPPK di sekolah yang tidak memiliki guru honorer agar tidak "mengambil rejeki orang lain". Sungguh pemikiran yang mulia. Beliau juga bercerita bahwa dirinya tidak pernah mendaftar seleksi CPNS sebab tidak mau mengambil kemungkinan meninggalkan orang tuanya jika harus ditempatkan di luar Banjarnegara. 

  55. Ibu Rosdiana, pembina PMR yang juga guru Bahasa Indonesia, suaranya renyah khas guru bahasa, pembawaannya santai dan sepertinya bisa dekat dengan siswa terutama siswa perempuan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...