Langsung ke konten utama

Berpindah: Bersih, Rapi, dan Indah

Manajemen

Dalam KBBI V kata ini artinya penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasran; dan pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Untuk tahu beres atau tidaknya sebuah manajemen dalam organisasi sebenarnya tak perlu muluk-muluk mempelajari ilmu manajemen. Kita bisa lihat dengan akal sehat saja.

Kalau dari rumusan KBBI sudah jelas bahwa jika di tempat bekerja ada yang tidak beres dengan kedisiplinan para anggotanya, maka kemungkinan besar manajemennya bermasalah. Ada sumber daya manusia yang secara kuantitas sebenarnya mencukupi untuk menjalankan sebuah institusi pendidikan sekelas sekolah dasar. Bagaimana tidak, kami punya 9 orang yang bekerja di sekolah kami untuk mengampu 7 rombel.

Jumlah ini tentunya cukup. Namun, sayangnya sumber daya manusia yang secara kuantitas cukup ini tak bisa dimaksimalkan perannya oleh pihak manajemen atau pimpinan. Ada beberapa orang yang sering sekali tak melaksanakan perannya dalam manajemen sehingga jalannya institusi kami ini bisa dikatakan tersendatsendat. Permasalahan sumber daya manusia ini tentu bukan permasalahan sepele. Ini permasalahan serius yang jika tidak segera ditangani akan memperburuk citra madrasah di mata masyarakat.Masalahnya bukan hanya ini, masalahnya ada banyak.

Ada beberapa masalah di madrasahmu yang terjadi karena manajemen yang buruk. Mari kita lihat satu-satu.

Pertama, Kurang Disiplinnya Orang-Orang yang Bekerja di Dalamnya

Ini kukira masalah yang amat serius. Dari sembilan orang yang bekerja hanya dua guru yang datang tepat waktu. Yang lainnya paling tidak telat setengah jam dari waktu masuk atau jam pertama pelajaran. Yang lebih parah lagi, kepala madrasah sama saja. Dia sering sekali telat datang ke madrasah.

Ini tentu perkara yang amat sangat penting. Namun, sayangnya semua orang seperti sudah terbiasa dengan kondisi ini. Di kultur kami, kepala madrasah atau orang yang dianggap ada di posisi paling tinggi diharapkan menjadi teladan untuk rekan-rekannya. Kalau kepala sekolahnya saja datang terlambat, bagaimana bawahannya akan berdisiplin?

Omongan kepala sekolah jadi tidak ada taringnya atau hanya pepesan kosong saja. Ia kehilangan powernya sebagai pimpinan. Mau ngomong sampai berbusa-busa tentang kedisiplinan pun tak akan didengarkan rekannya. Bahkan akam jadi bahan tertawaan rekan-rekannya di belakangnya.

Masih mending kalau kami ini sering ditegur. Lah, ini negur aja kagak. Ya, mau sampai kiamat pun ya gak bakal ada perbaikan, mas bro.Kalau kamu melihat situasi ini, nampak jelas kalau pimpinan kami ini sepertinya tak tahu bagaimana membangun budaya kerja di lingkungannya sendiri. Ya, mau tak mau bisa dibilang tidak kompeten.

Nah, berikut ini kamu membuat daftar ketidakdisiplinan orang-orang di madrasahmu:

  • Datang terlambat (parahnya, kadang terlambatlebih dari 30 menit)
  • Sering izin meninggalkan tugas utama (parahnya, ada yang bahkan dalam satu bulan hanya masuk 2 kali saja. Bahkan bulan ini sudah setengah bulan belum juga berangkat)
  • Mengabaikan administrasi
  • Mengobrolkan hal-hal yang tidak terkait langsung dengan sekolah (lebih sering gibah daripada berdiskusi memecahkan masalah)
  • Pulang lebih awal dari jam seharusnya

Kedua, Kurang Cinta Kebersihan

Ini ironis. Kamu sering melihat sampah berserakan di halaman sekolah, terselip di tanaman-tanaman, dibiarkan begitu saja. Madrasah adalah salah satu institusi pendidikan yang membawa nafas Islam. Islam pada dasarnya sangat mengutamakan kebersihan. Lah, ini kok ada madrasah kotor begini???

Ada tempat sampah plastik yang sebenarnya mencukupi. Sayangnya, tempat sampah plastik itu lebih seringditumpuk jadi satu dan dibiarkan saja. Fungsinya sebagai tempat anak-anak membuang sampah jadi hilang.

Anak-anak sebenarnya bisa dibiasakan hidup bersih. Tinggal kita sebagai orang dewasa memberi contoh dan tak putus asa menegurnya. Di ruang guru tak kalah kotornya. Lantai kadang sampai penuh debu, gelas-gelas kotor di atas meja, tempat sampah penuh. Berkas-berkas berserakan. Ya, kita ini sebenarnya manusia inkompeten yang ingin mendidik anak-anak supaya kompeten. Alias omong doang.

Kualitas sebuah sekolah kukira bisa dilihat dari ruang gurunya. Kalau ruang gurunya saja amburadul, ya kualitas sekolah itu kukira juga amburadul.

Membenahi Dua Masalah Ini

Dua masalah ini saja kukira sudah cukup bisa membuat kamu berpikir serius. Bagaimana memecahkan masalah ini? 

Memecahkan masalah kedisiplinan. Peran pemimpin tentu sangat sentral. Apa yang bisa kamu lakukan? Mungkin, kamu bisa menyampaikan ke pemimpin ide-ide atau solusi-solusi untuk masalah kedisiplinan ini. Bagaimana caranya? Inilah yang belum terpikirkan. 

Untuk masalah kebersihan, sebenarnya kamu sudah punya ide cukup lama. Namun, ide ini belum terlaksana sebab dukungan yang kurang dari rekan-rekan guru. Nah ide ini sebenarnya sederhana, setiap kelas diberi tugasmembersihkan lingkungan tertentu di madrasah seminggu sekali. Misalnya, kelas 1 hari senin membersihkan koridor. Kelas 2 hari selasa membersihkan parkiran. Kelas 3 hari rabu membersihkan taman. Kelas 4 hari kamis membersihkan bagian belakang madrasah. Kelas 5 hari jumat membersihakan tempat wudhu. Kelas 6 hari sabtu membersihkan tempat parkir bagian atas.

Yang biasanya kami lakukan itu satu bulan sekali dan dikerjakan bersama-sama. Ini sama sekali tidak efektif sebab terlalu banyak anak yang malah Cuma main-main alih-alih kerja bakti. Dengan dipecah perkelas pada hari yang berbeda, maka pengawasannya dan pelaksanannnya tentu akan lebih mudah.

Kamu pernah mencoba mengutarakan hal ini. Namun, ide ini tak mendapat respons yang bagus. Sayangnya, tak ada ide lain atau solusi lain yang coba dilakukan. Untuk itu, kali ini kamu akan mengambil inisiatif bersama kelasmu. 30 menit terakhir di hari kamis akan kamu gunakan untuk bersih-bersih lingkungan madrasah.

Agar inisiatif ini berjalan dengan baik, kamu akan membuat jurnak Kamis Bersih. Format jurnalnya akan kamu buat besok di rumah atas. Oke, selamat mencoba Kamis Bersih.

Program ini akan kami namakan. 4 A Berpindah. Bersih, Rapi, dan Indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...