Langsung ke konten utama

Ke Rumah Sakit

Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin sehat. Istriku pun demikian. Kami berangkat pukul 6.30 agar antrian belum terlalu panjang. Selama hidupku, baru sekali aku berobat ke rumah sakit. Kalau mengantar teman atau saudara sudah sering. Ternyata istriku sama saja, ini kali pertama dia berobat ke rumah sakit. 


Sebenarnya aku tak suka berobat ke rumah sakit. Antriannya panjang dan harus menunggu lama. Siapa, sih, yang suka mengantri? Meskipun sebenarnya secara tak sadar kita juga sedang mengantri. Mengantri untuk mati. Haha

Suara seorang wanita pemanggil otomatis bersahutan satu sama lain. Ting tung. Nomor antrian....... Suaranya mekanis sekali. Sesekali diselingi suara dari wanita sungguhan. Kami menunggu. Suara printer menjerit-jerit, critt ciitt crittt critt, diikuti kertas antrian yang diberikan buat pasien yang akan mengantri. 

Orang-orang duduk di kursi tunggu berderet-deret. Mengobrol dengan orang di sampingnya atau diam sambil menyimak smartphonenya masing-masing. Anak kecil, remaja, dewasa, hingga orang lanjut usia ada di sini. Kukira tujuan mereka sama: ingin sehat. Itu saja. 

Aku menemukan tulisan di bingkai jendela yang menarik perhatianku. Tulisan itu tidak kentara, tapi kalau dilihat dari dekat siapa saja bisa membacanya. "Mahal tapi tak berkualitas," begitu tulisan yang kutemukan. 

Orang yang menulisnya jelas tak tahu kemana harus menyampaikan kritik terhadap rumah sakit. Makanya ia menulisnya di bingkai jendela. Selain aku, siapa lagi yang akan membacanya? Mungkin pasien lain. Yang jelas, kritik itu tak akan berpengaruh apa-apa terhadap kinerja rumah sakit. Tapi tak apa, masih mending dia mau menyampaikan kritik meski caranya tidak tepat.

Petugas di loket antrian ternyata salah menuliskan ke mana kami harus diperiksa. Dia menulis klinik kulit dan kelamin, padahal seharusnya kami masuk ke klinik kandungan. Kami sudah menunggu cukup lama di depan klinik kulit dan kelamin. Gara-gara salah tulis itu, kami harus menunggu lagi di klinik kandungan. Boros waktu dua kali lipat. Padahal waktu adalah sumber daya yang amat terbatas. Tidak bisa didaur ulang. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...