Langsung ke konten utama

Anjangsana Ke Ponpes

Permasalahan antara madrasah dan ponpes itu sebenarnya terjadi sudah lama. Masalahnya berkaitan dengan program madrasah, yaitu program antar siswa setelah pulang sekolah. Orang tua yang tidak sempat menjemput anaknya tinggal mengabari kami agar nanti kami yang mengantar anaknya pulang. 


Hari ini aku pergi ke pondok pesantren baru di Sabrang Tengah. Ada satu permasalahan antara madrasah dengan pesantren itu yang membuat aku harus ke sana. Aku, Pak Ifin, dan Kamad naik motor melewati jalan yang rusak dengan aspal yang tinggal tersisa di tengah jalan saja. 


Dalam satu hari biasanya kami harus mengantar kurang lebih 5 -  6 anak menggunakan sepeda motor. Karena menggunakan sepeda motor maka kami tak bisa mengantar mereka sekaligus dan mereka harus sabar mengantri. Setelah ada siswa kami yang mondok di ponpes, jumlah siswa yang harus kami antar bertambah tiga kali lipat. 


Siswa yang mondok cukup banyak dan mereka tak dijemput oleh pihak ponpes. Padahal siswa dari sekolah lain yang mondok di ponpes itu rutin dijemput setiap pulang sekolah. Kenapa sekolah kami tidak? 


1. Sadari masalahnya. 


Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh keadaan ini antara lain: 1) Bertambah lamanya waktu mengantar siswa pulang; 2) Terganggunya hubungan antara wali murid (yang siswanya nyantri) dan guru di madrasah; 3) Jika masalah terus berlanjut citra madrasah di mata publik bisa memburuk. 


2. Pahami masalahnya. 


Tahap memahami masalah adalah dengan mengumpulkan informasi yang valid sebanyak-banyaknya kemudian menganalisisnya untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh terkait masalah itu. Sejauh ini, informasi yang masuk banyak yang berupa kata orang. Perlu dilakukan pendalaman informasi terkait hal ini. Kalau belum ada informasi, maka kita bisa menyusun daftar informasi yang kira-kira akan kita butuhkan untuk memahami masalah ini. 


Informasi yang kita butuhkan, antara lain: 

• Berapa jumlah siswa madrasah yang mondok di ponpes itu? 

• Bagaimana keinginan orang tua yang anaknya mondok di ponpes itu?

*Bagaimana program ponpes terkait antar jemput siswa? 


3. Cari penyebab munculnya masalah 


Masalah ini muncul antara lain karena beberapa orang tua protes karena anaknya tak diantar sampai ke pondok pesantren. Ada juga beberapa anak yang tak sabar menunggu antrian sehingga memilih jalan kaki. Tapi, sayangnya orang tua kadang tak mau tahu akan hal itu. Madrasah yang sering disalahkan. 


4. Sederhanakan masalah


Masalah ini bisa disederhanakan. Misalnya dengan membiarkan anak yang ingin jalan kaki ke ponpes dan memberi tahu orang tua bahwa itu memang keinginan mereka. Pihak madrasah bisa memaksimalkan mengantar anak yang mau mengantri saja. Dengan begitu, maka mengantar anak akan lebih mudah dan cepat. 


5. Fokus mencari solusi dengan berbagai alternatif


Yang selama ini dilakukan agaknya lebih fokus ke membicarakan masalah tanpa mencari solusi. Parahnya, kadang pembicaraan tak dilakukan dengan tenang. Bukannya menemukan solusi malah terbawa emosi. Sulusi untuk permasalahan ini akan sulit diperoleh kalau kita tak benar-benar tahu apa keinginan pihak ponpes sebenarnya. Maka, solusinya akan jelas kalau antara pihak madrasah dan ponpes bertemu dan berdiskusi terkait permasalahan ini. 


7. Tinjau kemungkinan implementasi dari solusi yang ditemukan


Ada beberapa kemungkinan, yaitu: 1) madrasah mengantar siswa yang mondok sampai tanah abang saja, 2) wali murid mengantar anak-anaknya sendiri, 3) pihak pondok menjemput santrinya ke madrasah setelah pembelajaran selesai. 


8. Cari strategi implementasi dari solusi yang dipilih


Strategi yang paling bagus kukira adalah dengan meyakinkan wali murid bahwa urusan pulang ke ponpes adalah menjadi tanggung jawab pihak ponpes. Bertemu langsung dengan pihak pondok untuk membicarakan permasalahan ini. 


9. Segera ambil tindakan


Sayangnya, kamad sekarang entah kapan akan mengambil tindakan. Beliau bahkan mungkin tak tahu tindakan apa yang mestinya diambil. Aku merasa selama ini peran kamad tak berfungsi dengan baik. Pembagian tugas tak pernah jelas. Rapat-rapat tak menghasilkan apa-apa. Masalah satu belum teratasi sudah timbul masalah lain. 


10. Ulangi proses yang sama jika belum berhasi


Kami pernah mencobanya. Kami pernah datang ke ponpes itu tapi nihil. Orang yang ingin kami ajak berdiskusi terkait masalah ini agaknya tak punya nyali. Mau bagaimana lagi. Urusan kami tak hanya itu. Ada ANBK, BOS, EMIS, PIP, Simpatika, mengajar tiap hari, dan banyak sekali agenda lainnya. Entah kapan kami bisa mencobanya lagi. 


Kamis, 29 September 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...