Langsung ke konten utama

Apakah Kita Benar-Benar Sendirian

 

Aku duduk di alun-alun Banjarnegara setelah pulang kerja. Sendirian. Apakah aku benar-benar sendirian? Langit kelabu di atas kepalaku. Menara masjid menjulang di kejauhan. Seperangkat gamelan ditata di belakangku. Mungkin nanti malam akan ada konser gamelan, atau mungkin latihan. Tiang bendera dan talinya. Lantai alun-alun dengan motif kotak-kotak yang melingkar. Rumput yang basah dan pepohonan dengan dedaunan hijau tua, juga dikejauhan. Seorang wanita muda duduk menanti temannya. Aku berjalan ke arahnya saat dia menolehkan wajahnya ke arahku meski bukan bermaksud melihatku tentu saja. Aku duduk di dekatnya. Kuletakkan tas punggungku yang berat yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang juga berat, yang untungnya bisa kunikmati. Tubuhku begitu dingin hingga aku memakaikan tudung jaket ke kepalaku. Kakiku juga sama dinginnya hingga ia bersembunyi di balik tas punggungku. Aku suka menyendiri. Tapi, apakah kita bisa benar-benar sendirian? Mungkin kita tak akan pernah benar-benar bisa sendirian sebab kita terdiri atas banyak hal. Diriku yang hanya aku mungkin tidak ada. Kalau pun ada, di mana aku bisa menariknya keluar dari dalam tumpukan segala hal yang membentuk keseluruhan diriku? Kalau pun aku bisa menarik keluar diriku yang hanya aku itu dari tumpukan segala hal yang membentuk diriku, di mana aku akan meletakkannya agar ia bisa sendirian? Apakah ada tempat yang cukup sunyi agar diriku yang hanya aku itu bisa menikmati kesendiriannya? Bahkan saat seseorang mati dan ditempatkan di dalam kubur, kata orang-orang ia akan ditemani amalnya yang mewujud menjadi makhluk sesuai baik atau buruk amal orang itu. Dan suatu ketika kamu merasa sendirian, entah kapan, aku pasti pernah menemanimu. Sebab aku dengan diam-diam masih ada dalam dirimu, bersembunyi entah di bagian mana dalam dirimu. 

Alun-alun Banjarnegara 

Rabu, 26 Oktober 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...