Aroma tak membutuhkan mata. Dalam hidupnya yang singkat mereka menjerat ibu yang tak punya pertahanan. Kaca mataku mengikutinya masuk ke pikiran orang-orang yang berjalan tergesa. Menuju pasar pagi. Aku duduk di samping pohon yang daun-daunnya masih sayu belum disepuh matahari. Nanti mereka akan bercinta terang-terangan saat pasar mulai sepi. Tidak seperti sepasang kekasih yang tadi malam berbagi kenikmatan dalam gubuk beratap seng yang doyong di trotoar jalan. Dalam malam yang begitu dingin mereka begitu panas. Hanya tubuh mereka yang belum dicengkeram kuku-kuku kekuasaan. Jadi, mengapa tak dimanfaatkan sebaik-baiknya?
Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur. Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan.
Komentar
Posting Komentar