Sudah pukul 11.38 dan aku belum sampai rumah. Panas matahari terasa membakar punggung tangan dan lenganku sebab aku tak pakai jaket. Ban motorku bocor dan terpaksa aku mencari tukang tambal ban. Untungnya, di pertigaan dekat grapari telkomsel masih ada tukang tambal ban. Istriku menunggu di dekat taman kota. Dia sedang hamil. Kasian sekali dia harus menunggu di sana sambil panas-panasan. Anak sekolah berjalan pulang bergerombol. Pedagang sayur masih santai di tepi jalan. Dia mengobrol dengan tukang tambal ban dengan santai. Gaya bicara si tukang sayur seperti bukan orang Banjar. Di sebelah kiriku ada tukang becak yang juga terlihat sangat santai di dalam becaknya.
Sepertinya mereka tidak berniat melaksanakan salat Jumat. Tapi, itu sama sekali bukan urusanku. Aku sudah belajar untuk tidak mengomentari kehidupan orang lain. Sebab, perhatian kita sesungguhnya terbatas. Kalau segalanya kita perhatikan, jangan-jangan apa yang seharusnya kita perhatikan malah luput dari perhatian kita. Istriku masih di sana mungkin. Mungkin, dia akan menunggu sambil menggerutu. Kemungkinan dia akan menyalahkanku sangat besar. Tadi saja sudah seperti itu. Paling-paling dia akan marah-marah.
Sampai 11.51 belum ada tanda-tanda akan selesai. Sepertinya kali ini terancam tidak ikut salat Jumat. Yah, mau bagaimana lagi.
Jum’at, 28 Januari 2022
Komentar
Posting Komentar