Nabi Musa a.s. pernah diminta oleh Allah SWT untuk belajar ilmu baru yang tak ada di dalam kitab. Ilmu baru ini harus beliau dapatkan dengan pengalaman langsung. Nabi Musa harus berguru kepada seseorang yang oleh Allah disebut sebagai hamba-Nya. Menurut berbagai pendapat, orang tersebut adalah Nabi Khidir. Namun, kita tak perlu memperdebatkan hal ini. Siapapun itu, yang jelas Nabi Musa harus belajar kepada orang itu. Nabi Musa menempuh perjalanan jauh untuk menemui orang itu agar ia bisa menjadi muridnya dan mendapatkan ilmu darinya.
Saat akhirnya Nabi Musa bertemu dengan calon gurunya itu, ia dianggap tak akan mampu bersabar menerima ilmu dari sang guru.
"Kamu tak akan punya kesabaran untuk menanggungnya," ucap sang guru.
Nabi Musa yang sehari-hari berhadapan dengan Firaun dan kaumnya dibilang tak akan sabar. Kurang sabar apa Nabi Musa yang dakwahnya menghadapi Firaun dan para pengikutnya.
Nabi Musa bilang bahwa dia akan bersabar apapun yang terjadi.
Nabi Musa dan gurunya kini memulai perjalanan mereka. Mereka bertemu nelayan dan meminta tolong disebrangkan. Namun, gurunya malah merusak perahu yang akan ditumpanginya hingga tenggelam.
Jelaslah Nabi Musa protes. Mengapa orang yang akan menolong mereka, malah dibalas dengan merusak perahu yang akan mereka gunakan?
"Mengapa engkau melakukan itu?" protes Nabi Musa.
Sang guru kemudian berkata bahwa benar ternyata Nabi Musa tak bisa bersabar. Lebih baik jangan jadi muridku jika tak mampu bersabar. Akhirnya Nabi Musa berjanji untuk tidak protes lagi dengan apa yang akan dilakukan gurunya.
Namun, tak lama kemudian gurunya bertemu anak kecil dan langsung membunuhnya. Sontak saja Nabi Musa protes lagi. Gurunya bilang bahwa jika sekali lagi Nabi Musa protes maka ia akan memecatnya sebagai seorang murid.
Dan, benar. Di kesempatan ketiga Nabi Musa dan gurunya masuk ke sebuah kampung yang masyarakatnya tak menerima mereka, bahkan tak memberikan mereka minum. Di sana ada tembok yang hampir roboh milik anak yatim. Gurunya menyuruh Nabi Musa untuk memperbaiki tembok itu. Nabi Musa protes lagi, buat apa membantu orang yang tak mau berbuat baik kepada kita? Begitu protes Nabi Musa.
Akhirnya sang guru, berkata bahwa Nabi Musa tak bisa lagi menjadi muridnya karena ia tidak bisa bersabar menghadapi tiga kejadian yang mereka alami. Sebelum mereka berpisah sang guru kemudian menjelaskan masing-masing dari ketiga kejadian yang mereka alami.
Perahu yang dirusak semata-mata agar tak disita tentara. Anak yang dibunuh semata-mata karena kelak ia akan menjadi anak yang durhaka dan membunuh kedua orang tuanya. Tembok yang diperbaiki semata-mata karena di dalamnya ada harta milik anak yatim yang masih kecil, yang jika rusak maka akan dijarah oleh orang-orang kampung itu.
Dari kisah ini, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:
Allah punya rencana baik yang tak kita ketahui. Seringkali kita mengalami hal-hal buruk, namun hal buruk bagi kita itu bisa jadi adalah bagian dari rencana baik Allah SWT untuk kita.
Bersabar itu sulit. Nabi Musa saja masih diminta oleh Allah SWT untuk belajar bersabar. Nah, jadi kalau suatu saat kita kehilangan kesabaran, mungkin marah, kesal, jengkel, ya biasa saja. Yang penting kita tetap berusaha untuk belajar bersabar.
Nabi Musa adalah manusia yang ilmunya sangat tinggi. Namun, Allah SWT masih memintanya untuk belajar. Maka, apalah kita ini yang miskin ilmu. Jangan berhenti belajar.
Musa juga seorang guru bagi kaumnya. Namun, ia rela menjadi seorang murid dan menunjukkan komitmen belajarnya.
Nah, kurang lebih seperti ini. Mungkin.
Komentar
Posting Komentar