Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Mimpi Tersesat yang Sempurna

Aku kerap bermimpi tersesat. Ini adalah mimpi yang paling menguras tenaga. Biasanya setelah bermimpi tersesat aku akan bangun dalam kondisi kelelahan. Aku melangkah ke arah yang kuyakini benar, namun tak kunjung sampai tujuan. Dihadapkan pada jalan yang kurasa pernah kulalui di dunia nyata namun dengan sedikit sentuhan asing yang suram, aku kerap berputar-putar tak tentu arah. Orang-orang yang kutemui tak membantuku.  Aku dengan ragu-ragu mengambil jalan yang menurutku tepat. Saat kurasa aku akan sampai di tujuanku, ternyata aku sampai di tempat asing yang mengerikan, berkabut, dan bercabang-cabang. Kadang aku tersesat ke tengah hutan tanpa bisa menemukan jalan keluarnya. Kadang aku tersesat di tengah perkampungan dengan para penghuni yang berpenampilan aneh tak seperti manusia. Kadang aku tersesat di jalan-jalan setapak, di pinggir danau, atau perkebunan. Saat aku mengingat mimpi-mimpi penuh ketersesatan ini bulu kudukku merinding tiba-tiba. Malam tadi, tepatnya Kamis malam, 27 Ma...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...

Berpikir Sendiri, Apa Maksudmu?

Aku ingin berpikir sendiri. Apa maksudmu berpikir sendiri? Mungkin maksudmu adalah kamu tak ingin bergantung dengan pemikiran orang lain. Tapi, bagaimana caranya? Apakah aku punya masalah untuk aku pecahkan? Katamu, level orang itu ditentukan dengan masalahnya, semakin kamu mengubresi urusan yang sepele, semakin itu menunjukkan bahwa kamu itu juga sebenarnya sepele. Tapi, buat apa jadi orang yang levelnya tinggi, toh hidup juga akan berakhir. Tapi, bukankah itu alasannya mengapa kita musti menikmati hidup? Sebab kita tak hidup selamanya maka hidup kita jadi berharga.

Tambal Ban dan Momen Jumatan yang Tertunda

Sudah pukul 11.38 dan aku belum sampai rumah. Panas matahari terasa membakar punggung tangan dan lenganku sebab aku tak pakai jaket. Ban motorku bocor dan terpaksa aku mencari tukang tambal ban. Untungnya, di pertigaan dekat grapari telkomsel masih ada tukang tambal ban. Istriku menunggu di dekat taman kota. Dia sedang hamil. Kasian sekali dia harus menunggu di sana sambil panas-panasan. Anak sekolah berjalan pulang bergerombol. Pedagang sayur masih santai di tepi jalan. Dia mengobrol dengan tukang tambal ban dengan santai. Gaya bicara si tukang sayur seperti bukan orang Banjar. Di sebelah kiriku ada tukang becak yang juga terlihat sangat santai di dalam becaknya. Sepertinya mereka tidak berniat melaksanakan salat Jumat. Tapi, itu sama sekali bukan urusanku. Aku sudah belajar untuk tidak mengomentari kehidupan orang lain. Sebab, perhatian kita sesungguhnya terbatas. Kalau segalanya kita perhatikan, jangan-jangan apa yang seharusnya kita perhatikan malah luput dari perhatian kita. Istri...

Bisakah Kita Membalas Kebaikan Orang Tua?

Hari ini, bersama istri, aku ke sekolah bertemu para guru untuk menyalurkan honor mereka yang telah tiga bulan tak tersalurkan. Dalam perjalanan kami mampir ke alfamart untuk membeli jajan kalengan untuk kami berikan ke nenek kami di Gemuruh.  Setelah urusan di kantor selesai, kami berangkat ke rumah nenek kami lewat jalan baru Banjarmangu. Perjalanan cukup jauh dengan cuaca panas dan udara berdebu. Aku menutup helmku agar debu di udara tak menerpa wajahku. Jalan cukup lengang sehingga aku bisa memacu motorku cukup kencang. Sampai di rumah nenekku, kami memarkirkan motor di depan musala karena di halaman rumah nenek kami sedang digunakan untuk menjemur padi.  Kami kesulitan masuk rumah karena semua jalan terhalang hamparan padi yang sedang dijemur. Dalam hati aku berucap, alhamdulillah nenek tidak kekurangan beras berarti. Aku masuk ke rumah nenek dan memberikan jajan kalengan yang aku beli di alfamart. Saat lebaran biasanya cucu-cucu nenek datang ke rumah nenek dan berkumpul ...

Lebaran di Kampung Halaman

Lebaran tahun ini, tepatnya 1447 H aku akan lebaran di kampung halamanku. Ya, begitulah rencananya. Sudah empat tahun aku tak lebaran di kampung halamanku. Rasanya biasa-biasa saja. Mungkin karena aku masih sering mengunjungi kampung halamanku. Bukan sering, malah hampir setiap hari. Tapi, aku tahu suasana lebaran tentu saja akan berbeda dari lebaran di kampung istri, meskipun hanya besa desa saja.  Entah mengapa puasa hari ini rasanya lapar sekali dan aku sangat bosan berada di rumah. Mau keluar rumah juga tak tahu harus ke mana dan mau ngapain. Benar-benar sangat bosan. Menganggur memang lebih menyebalkan dari pada melaksanakan tugas meskipun berat.  Ya, setidaknya melaksanakan tugas meski berat ada sesuatu yang kita lakukan dan kita harapkan. Saat melakukan sesuatu tentu kita berharap dapat menyelesaikannya dengan baik. Ya, mungkin itu. Mungkin harapan itulah yang membuat kita tidak bosan. Ya, begitulah. 

Pelajaran Melatih Kesabaran dan Percaya Pada Rencana Allah SWT

Nabi Musa a.s. pernah diminta oleh Allah SWT untuk belajar ilmu baru yang tak ada di dalam kitab. Ilmu baru ini harus beliau dapatkan dengan pengalaman langsung. Nabi Musa harus berguru kepada seseorang yang oleh Allah disebut sebagai hamba-Nya. Menurut berbagai pendapat, orang tersebut adalah Nabi Khidir. Namun, kita tak perlu memperdebatkan hal ini. Siapapun itu, yang jelas Nabi Musa harus belajar kepada orang itu. Nabi Musa menempuh perjalanan jauh untuk menemui orang itu agar ia bisa menjadi muridnya dan mendapatkan ilmu darinya.  Saat akhirnya Nabi Musa bertemu dengan calon gurunya itu, ia dianggap tak akan mampu bersabar menerima ilmu dari sang guru.  "Kamu tak akan punya kesabaran untuk menanggungnya," ucap sang guru.  Nabi Musa yang sehari-hari berhadapan dengan Firaun dan kaumnya dibilang tak akan sabar. Kurang sabar apa Nabi Musa yang dakwahnya menghadapi Firaun dan para pengikutnya.  Nabi Musa bilang bahwa dia akan bersabar apapun yang terjadi.  Nabi ...