Sudah lama aku tak menulis. Sudah lama juga aku tak membaca. Aku merasa ada banyak hal yang luput dari perhatianku. Memang tak semua hal harus sempurna. Bahkan mungkin semua hal tak harus sempurna. Aku duduk di sini, mendengarkan suara dari pengeras suara di masjid yang jauh, suara dari dapur, suara desisan minyak panas yang beradu dengan adonan gorengan, juga bukanlah momen yang sempurna. Bulan puasa sudah di depan mata. Tak terasa. Aku tahu waktu memang akan semakin berharga semakin kita tua. Tapi, beginilah aku. Aku tahu tapi sebenarnya aku tak mau tahu. Lampu-lampu menyala dan padam pada waktunya. Suara-suara riuh di kepalaku. Udara yang dingin dan langit tanpa bintang. Itu semua cukup untuk membuatku mengangankan banyak hal. Aku tak tahu apakah angan-anganku akan tetap menjadi angan-angan atau tidak. Tapi, bukankah tak ada yang bertanggung jawab terhadap angan-anganmu selain kamu sendiri?
Aku mengangankan hari-hari yang menyenangkan bersama anakku, bersama istriku. Pagi hari yang hangat dan ceria. Sore yang damai dan menyenangkan. Aku ingin mengajarkan banyak hal kepada anakku tapi aku tak punya banyak hal itu. Aku ingin menikmati sore hari yang cerah sambil menemaninya tumbuh. Angan-angan orang tua yang tak sadar bahwa momen yang diangankannya sesungguhnya sudah di depan mata tapi dia begitu sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dengan keinginannya menyempurnakan banyak hal yang dia tahu tak akan bisa sempurna. Manusia memang seringkali konyol seperti itu.
Aku terus meragukan apa yang kulakukan. Padahal, aku tahu kalau aku terus seperti ini aku tak akan menikmati hidup. Beberapa hari ini, ada hal-hal yang sebenarnya bisa kunikmati. Beberapa diantaranya adalah membuat kuis sederhana untuk kumainkan di dalam kelasku, bermain dengan anakku, dan menonton anime. Tak semua hal harus beres. Semakin tua, kita akan semakin menerima kalau kita sebenarnya memang biasa-biasa saja.
Komentar
Posting Komentar