Langsung ke konten utama

Seorang Tua dan Angan-Angannya

 

Sudah lama aku tak menulis. Sudah lama juga aku tak membaca. Aku merasa ada banyak hal yang luput dari perhatianku. Memang tak semua hal harus sempurna. Bahkan mungkin semua hal tak harus sempurna. Aku duduk di sini, mendengarkan suara dari pengeras suara di masjid yang jauh, suara dari dapur, suara desisan minyak panas yang beradu dengan adonan gorengan, juga bukanlah momen yang sempurna. Bulan puasa sudah di depan mata. Tak terasa. Aku tahu waktu memang akan semakin berharga semakin kita tua. Tapi, beginilah aku. Aku tahu tapi sebenarnya aku tak mau tahu. Lampu-lampu menyala dan padam pada waktunya. Suara-suara riuh di kepalaku. Udara yang dingin dan langit tanpa bintang. Itu semua cukup untuk membuatku mengangankan banyak hal. Aku tak tahu apakah angan-anganku akan tetap menjadi angan-angan atau tidak. Tapi, bukankah tak ada yang bertanggung jawab terhadap angan-anganmu selain kamu sendiri? 

Aku mengangankan hari-hari yang menyenangkan bersama anakku, bersama istriku. Pagi hari yang hangat dan ceria. Sore yang damai dan menyenangkan. Aku ingin mengajarkan banyak hal kepada anakku tapi aku tak punya banyak hal itu. Aku ingin menikmati sore hari yang cerah sambil menemaninya tumbuh. Angan-angan orang tua yang tak sadar bahwa momen yang diangankannya sesungguhnya sudah di depan mata tapi dia begitu sibuk dengan dirinya sendiri. Sibuk dengan keinginannya menyempurnakan banyak hal yang dia tahu tak akan bisa sempurna. Manusia memang seringkali konyol seperti itu. 

Aku terus meragukan apa yang kulakukan. Padahal, aku tahu kalau aku terus seperti ini aku tak akan menikmati hidup. Beberapa hari ini, ada hal-hal yang sebenarnya bisa kunikmati. Beberapa diantaranya adalah membuat kuis sederhana untuk kumainkan di dalam kelasku, bermain dengan anakku, dan menonton anime. Tak semua hal harus beres. Semakin tua, kita akan semakin menerima kalau kita sebenarnya memang biasa-biasa saja. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...