Satu tahun satu keterampilan ternyata tak mudah. Bukan karena itu tak mungkin. Itu sangat mungkin. Tapi, setelah kamu menguasai keterampilan itu, maka kamu juga harus konsisten menggunakannya. Kalau tidak, keterampilan itu akan memudar. Kalau tak digunakan sama sekali lama-lama hilang. Tidak 100% hilang memang, tapi kalau kamu mau menggunakannya, kamu harus memelajarinya lagi. Ada beberapa keterampilan yang dulu pernah kamu pelajari, namun sekarang jarang kamu amalkan sehingga kamu sudah lupa. Ada yang bahkan belum kamu kuasai sepenuhnya dan kamu sudah berhenti belajar. Ada juga keterampilan yang harusnya kamu kuasai, tapi sampai saat ini tak ada upaya serius yang kamu lakukan untuk mencapainya. Ini adalah keterampilan-keterampilan tersebut:
Komunikasi
Keterampilan komunikasi itu sangat penting. Untuk keterampilan ini, kamu dapat nilai 60 dari skala 1 – 100. Memang keterampilan komunikasimu sangat jelek. Meskipun, cukup untuk tetap masuk bersosialisasi. Namun, untuk membuat hubungan yang mendalam dengan keterampilan komunikasimu saat ini, kukira kamu masih sangat buruk. Secara umum komunikasi bisa dilakukan dengan komunikasi verbal dan nonverbal. Kamu sangat jelek dalam keduanya. Kamu sering tak bisa mengungkapkan apa yang benar-benar kamu pikirkan atau apa yang benar-benar kamu mau.
Kadang, kamu pikir keadaan memang tak memungkinkan untuk menyampaikannya. Yah, tapi bukan berarti itu alasan yang tepat. Kalau kamu menyalahkan keadaan, bukankah sama saja kamu tak bertanggung jawab? Cobalah lakukan komunikasi verbal atau nonverbal, atau dua-duanya sekaligus. Ungkapkan pikiranmu kepada orang lain. Lakukan tanpa menyakiti orang lain. Lakukan dengan sopan dan santun. Kerahkan semua yang pernah kamu pelajari baik dari buku maupun dari ceramah-ceramah saat kamu kuliah. Kerahkan pengalaman yang pernah kamu dapat saat berorganisasi. Masalah komunikasi ini kukira juga berpangkal pada pandanganmu atau paradigma dasar yang ada dalam pikiranmu. Kadang, kamu berpikir bahwa orang lain tak terlalu penting buatmu. Baik ucapannya atau tingkah lakunya. Biasanya, kalau orang itu tak ada hubungan langsung denganmu, kamu cenderung ogah berkomunikasi dengan mereka. Mungkin, kamu tipe orang yang pragmatis. Bahkan mungkin dengan istrimu, kamu menunjukkan sikap pragmatis.
Apa yang bisa kamu lakukan untuk memperbaiki keterampilan komunikasimu? Mungkin kamu perlu mengubah paradigma dasarmu, bahwa berkomunikasi dengan orang lain itu mungkin menyenangkan. Tapi, tetap saja, ada orangorang yang harus kamu prioritaskan dalam hal berkomunikasi. Istrimu. Orang tuamu. Anakmu kelak. Dengan orang-orang terdekatmu. Dengan merekalah kamu perlu berkomunikasi secara mendalam. Memahami satu sama lain. Menjalin ikatan yang kuat, yang tak mudah terurai bahkan karena masalah-masalah besar. Keterampilan komunikasi tak hanya soal bagaimana menyampaikan pikiranmu. Ini juga soal bagaimana kamu mampu memahami orang lain. Memahami orang lain bisa kamu lakukan dengan melihat, mimik wajahnya, mendengar nada suaranya, mengamati gerak tubuhnya, dan menafsirkan kata yang diungkapkannya.
Itu semua adalah keterampilan yang kompleks dan dapat dipelajari. Kukira, selama kamu punya kemauan untuk memelajarinya, kamu bisa jadi komunikator yang baik. Kamu bisa memulainya dengan istrimu. Komunikasikanlah bagaimana besok kalian akan berangkat, pahamilah apa keinginannya bahkan tanpa harus bertanya kepadanya. Seperti sekarang, kamu sebenarnya tahu kalau dia sedang menunggumu. Ya, dia juga sedikit kesal. Dia mungkin belum benar-benar tidur karena di luar berisik sekali. Tapi, lebih baik kamu tak mengganggunya. Kamu harus tahu kapan dia sudah tidur dan kapan dia pura-pura tidur. Ini juga salah satu bentuk komunikasi. Pemahaman gestur tubuh.
Disiplin Diri
Apa yang perlu kamu disiplinkan? Ada banyak tentu saja. Aku bisa beberkan banyak hal yang dalam hal itu kamu sama sekali tidak berdisiplin. Tapi, itu bisa salah kalau definisi disiplin yang kamu pakai tidak tepat dengan yang aku pikirkan. Atau apakah kamu pernah memikirkan apa itu disiplin? Disiplin yang kamu maksud adalah bersungguh-sungguh dalammelakukan sesuatu secara konsisten guna meraih tujuan yang spesifik. Elemen disiplin kukira sebagai berikut:
Pertama, adanya tujuan yang jelas. Ada lima tujuan yang ingin kamu capai, yang sifatnya jangka menengah, yaitu kemandirian finansial, kemandirian spiritual, kemandirian emosional, kemandirian fisikal, dan kemandirian mental. Kemandirian finansial bisa kamu capai dengan mengatur pendapatan dan pengeluaran. Kemandirian spiritual bisa kamu capai dengan mengatur pola hidup dan beragama dengan benar. Kemandirian emosional bisa kamu capai dengan mengikuti prinsip filosofi teras. Kemandirian fisikal bisa kamu capai dengan mengatur pola makanmu. Sedangkan kemandirian mental, bisa kamu capai dengan banyak belajar.
Kedua, ada upaya sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan itu. Soal upaya, jangan ditanya. Kamu paling doyan cari alasan supaya tak mengupayakan apa-apa. Paling-paling kamu bisa bertahan beberapa munggu bahkan hari saja. Selebihnya kembali seperti semula.
Ketiga, adanya konsistensi. Kukira, konsistensi ini juga sulit tapi bukan tidak mungkin untuk kulakukan. Oke, mari kita lihat apa saja aktivitas yang bisa kita lakukan untuk melatih keterampilan disiplin. Disiplin dalam hal finansial dapat kamu mulai dengan mendukung program yang dicanangkan oleh istrimu, yaitu program sedekah subuh. Dia bilang ingin mengisi kaleng sosis dengan uang setiap hari. Ya, mari kita berdisiplin soal itu dulu. Ditambah berdisiplin dalam hal menabung. Ini juga penting, kan?
Mendidik
Kamu sudah sering menulis tentang mendidik. Sebagai sarjana pendidikan, tentu kamu punya kapasitas terkait mendidik. Paling tidak, kamu harus bisa mendidik diri sendiri dahulu. Memperbarui diri terus menerus. Nah, mari kita kupas tuntas mengenai keterampilan mendidik ini. Kita mulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaannya harus tepat agar kamu bisa tahu apa yang ingin kamu lakukan untuk mencapai keterampilan mendidik.
Apa itu mendidik? Kamu tak harus ndakik-ndakik bicara apa itu mendidik. Pakai KBBI saja cukuplah. Mendidik kalau menurut KBBI artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Memelihara artinya menjaga dan merawat baik-baik. Dalam konteks mendidik berarti si pendidik harus menjaga dan merawat baik-baik didikannya.
Menjaga dan merawat bisa melingkupi banyak hal yang sangat luas. Menjaga didikan dari bahaya, memberinya rasa aman sehingga didikanmu bisa bertumbuh dan berkembang. Merawat artinya memberi perlakuan khusus untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan didikanmu.
Misalnya kamu mendidik anakmu, maka kamu harus menjaganya dari bahaya: pengaruh narkoba, pergaulan bebas, tawuran, kekurangan gizi, dan banyak lagi. Ada banyak sekali bahaya di dunia ini. Ada yang bisa dihindari anak secara mandiri dan ada pula yang tidak.
Kamu juga harus memeliharanya, artinya kamu beri dia arahan-arahan, teladan, tugas-tugas dan lain sebagainya. Kamu penuhi kebutuhannya agar dia tumbuh dan berkembang sehingga bisa jadi manusia yang mandiri. Kamu memberinya latihan-latihan. Tentu saja banyak jenisnya. Ada latihan yang menguji fisiknya, mental, sosial, spiritual, dan finansial. Dari latihan-latihan inilah kamu bisa tahu apakah kamu berhasil dalam mendidiknya atau tidak dan apakah didikanmu menyerap semua yang kamu usahakan untuk mendidiknya.Nah, dari sini kamu bisa simpulkan kalau mendidik, setidaknya secara sederhana, meliputi memelihara baik fisik, mental, sosial, spiritual, dan finansial sampai didikanmu mampu melakukannya sendiri.
Dari mana kamu tahu kalau didikanmu sudah bisa melakukannya sendiri? Dari latihan-latihan atau anjuran-anjuran yang kamu berikan kepadanya. Kalau dia berhasil melakukannya dengan baik dan benar, artinya mungkin saja dia sudah bisa dikatakan mandiri.
Nah, sekarang kita lanjutkan ke pertanyaan mengapa. Mengapa kamu harus mendidik? Siapa yang akan kamu didik? Kapan kamu akan mendidik? Di mana kamu akan mendidik? Bagaimana caranya kamu mendidik?
Kita jawab lain kali saja.
Komentar
Posting Komentar