Langsung ke konten utama

Kemampuan Sok Kenal Sok Dekat

Ada satu kemampuan yang kadang ingin aku miliki tapi kadang aku bersyukur karena tak memilikinya: sok kenal sok dekat. Kemampuan ini sangat berguna untuk menambah relasi. Kemampuan ini berguna bagiku di acara-acara perkumpulan yang sering aku hadiri. Sayangnya, aku tak menguasainya dengan benar. Bahkan mungkin bisa dikatakan aku sama sekali tak punya kemampuan ini. 


Orang yang kutahu sangat menguasai kemampuan ini adalah Pak Purwo Setiono. Aku pernah bertugas bersamanya di SMP 3 Banjarnegara kurang lebih satu setengah tahun. Di sekolah ini, saat menjelang penerimaan peserta didik baru (PPDB) kami biasa mencari siswa dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah calon siswa. Cara seperti ini umum dilakukan di luar. Saat melaksanakan tugas inilah aku menyaksikan kemampuan SKSD beliau yang bagiku mengagumkan. 


Pertama, beliau akan berbasa-basi dengan pertanyaan mengenai nama, pekerjaan, anak, asal daerah, dan lain-lain. Di tahap ini aku masih bisa menduplikasi kemampuannya. Ini dasar dari basa-basi menurutku. Hanya saja, aku akan berhenti hanya sampai di tahap ini, tanpa tahu selanjutnya bagaimana. Obrolan akan membeku dan biasanya tumbuh menjadi kecanggungan yang tak menyenangkan. 


Beda halnya dengan beliau yang bisa mengolah apa yang ia dapatkan di tahap pertama menjadi bahan buat obrolan yang mengalir deras bagaikan tanpa ujung. Ini adalah tahap kedua yang selalu berhasil beliau kuasai. Di tahap ini, ada beberapa cara yang sering beliau lakukan. Di antaranya, menyebutkan nama orang-orang yang dia kenal di suatu daerah dengan bertanya apakah lawan bicaranya juga kenal. 


Aku sering jadi korban cara-cara seperti ini. Cara ini sering dilakukan oleh orang-orang usia sekitar 40 - 60 tahun. Sering, saat bertemu orang baru dengan rentang usia ini dan mulai berbasa-basi, tepat saat aku menyebutkan asal daerahku, mereka kerap bertanya apakah aku mengenal Karsono, Karmin, atau siapapun yang mereka kenal. Apa mereka pikir aku ini petugas sensus. Parahnya, sering mereka belum berhenti sampai dapat satu nama yang aku kenal. Cara seperti ini akan lebih berhasil kalau bertemu dengan orang yang seumuran. Namun, ini tak terlalu berlaku buat Pak Pur. Mau tua atau muda semua bisa dia jerat dengan trik ini. Hanya beberapa kali beliau gagal memakai trik ini. Tapi, beliau masih punya trik lain kalau gagal pakai trik ini. Beliau akan menanyakan pekerjaan dan membuat obrolan dari jawaban lawan bicaranya. 


Untuk bisa SKSD memang dibutuhkan banyak hal: kenalan yang banyak, wawasan yang luas, kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal, kepercayaan diri, dan kemauan tentu saja. Hal yang tak kupunyai  kukira adalah kenalan yang banyak  dan kemauan. Aku sering ogah ngobrol dengan orang yang baru kujumpai. Kalau pun aku mau, aku kurang bisa mencairkan suasana. Jadi kurasa aku lebih suka diam saja. 


Orang kedua yang kukenal punya kemampuan SKSD sangat bagus adalah Pak Bani. Beliau bisa ngobrol dalam hitungan jam dengan orang baru yang dijumpainya. Orang ketiga adalah istriku sendiri. Kemampuan SKSDnya lumayan meskipun belum sebanding dengan dua orang yang kusebutkan sebelumnya. Aku sudah sering melihatnya menggunakan kemampuan ini. Mungkin dia tidak tahu sedang menggunakan kemampuan ini. Bagi mereka yang bisa menggunakan kemampuan ini mungkin terasa biasa saja selayaknya mereka bernapas karena kemampuan ini ada secara alami dalam diri mereka. Seperti hari ini, aku dan istriku mengikuti rakor di sigaluh. Peserta laki-laki sangat sedikit. Seperti biasa hanya beberapa yang aku kenal dan sayangnya orang-orang yang kukenal belum berangkat. Alhasil aku hanya duduk diam sendirian seperti orang salah masuk ruangan. Beda sekali dengan istriku yang langsung akrab dengan orang-orang yang baru dikenalnya di acara hari ini. Inilah sebabnya aku tak suka acara-acara seperti ini.  Apalagi dengan jam karetnya yang bisa molor hingga lebih dari satu jam. 


Kembali lagi ke kemampuan SKSD. Aku ingin menguasai kemampuan ini untuk tujuan-tujuanku sendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...