Apa yang bisa kamu lakukan, itulah yang seharusnya kamu perhatikan. Tak seharusnya kamu menaruh perhatian besar pada apa yang berada di luar kendalimu. Sistem pendidikan adalah salah satu yang berada di luar kendalimu. Maka, tak perlu gusar dan cemas akan sistem pendidikan yang tak sesuai dengan harapanmu. Masih ada banyak hal, yang berada di dalam kendalimu.
Nah, ini saatnya untuk kembali ke lingkaran kendali. Menikmati momen. Hangat matahari. Angin sepoi-sepoi, dan kecantikan istri. Mari nikmati rasa kantuk saat Jumatan; nikmati bias cahaya cemerlang yang terpantul dari dinding-dinding rumah; nikmati kabut yang sayup-sayup terlihat berbaur dengan kerlip lampu malam yang keemasan. Nikmati bebunyian yang mampir ke ruang dengarmu. Nikmati otot-otot pegal yang datang pelan-pelan saat ada yang bersandar padamu.
Kembali ke lingkaran kendali adalah kembali memasuki ketenangan; kembali memancarkan keceriaan; kembali menjadi tumpuan; kembali kepada ketangguhan. Jika hidup memang tak ada artinya, maka tak ada alasan untuk berbuat apa pun dan tak ada alasan juga untuk tidak berbuat apa-apa. Maka, kembali ke tindakan adalah kembali ke lingkaran kendali.
Tindakan menciptakan arus motivasi dan arus itu akan menciptakan siklus yang sukar diputus. Nah, begitulah kiranya. Ada suami yang mencekik istrinya hingga tewas. Itu karena apa, karena dia berpusat pada perasaannya alih-alih berpusat pada pikirannya. Padahal, perasan itu sifatnya sementara. Ia tidak bisa dijadikan patokan untuk bertindak. Kita bisa saja menyesal jika bertindak berdasarkan perasaan.
Komentar
Posting Komentar