Langsung ke konten utama

Menulis Yang Baik-Baik Saja

Panas di punggung dan rasa pegal di kaki. Mengantri. Sepatu yang kusam tak pernah disemir. Keinginan menjelajah lewat buku-buku bagus. Masa-masa itu sudah usai. Mungkin. Tapi, sesekali aku masih bisa mengunjunginya. Tanpa totalitas yang membuatku tenggelam, rasanya sungguh sangat berbeda saat aku tenggelam dalam lembar demi lembar cerita petualangan. Aku mengajukan pertanyaan-pertanyaan muskil tentang banyak hal. Rasanya seperti ceracau yang membuatmu gila. Tapi begitulah hidupku sekarang. Mungkin memang hidupku sejatinya bukanlah untuk aku sendiri, melainkan untuk orang-orang di sekitarku. Tanggung jawab yang kian besar. Pertanyaan apakah aku bisa mencintai mereka dengan sepenuh perasaan dan pikiranku kadang menggangguku. Aku ingin mengenyahkan pertanyaan itu dan menjalani saja hidupku tanpa rasa takut atau penyesalan.

Begitulah terus. Rencana-rencana tak kunjung kesampaian. Biar begitu, manusia terus-terusan membuat rencana. Dan aku pun demikian. Manusia memenuhi dunia ini dengan rencana-rencananya. Rencana memanjangkan rambut sampai gondrong. Berdiri di depan teller bank pakau sandal jepit biru. Celana panjang dan kaos lengan panjang. Hidup bebas. Atau setidaknya menikmati ilusi kebebasan. Disebelahku lelaki paruh baya. Kaos tipis dan kepala botak. Menatap penuh minat pada costumer servis.

Orang-orang duduk termangu. Memikirkan apakah mereka? M. Subur. Setor uang. Mengalir dalam aliran uang di seluruh dunia. Betapa kacaunya. Menulis untuk apa seperti ini. Bukankah lebih baik buang saja?

Baiklah, mari menulis yang baik-baik saja. Mari menulis dengan sistematika yang benar. Ada banyak cara, mari pakai cara yang pernah kita coba. Tesis sederhana. Mari kita coba menulis tentang sekolah tempat aku mengajar: MI GUPPI Rakitan hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...