Rabu, 4 Juni 2025, kamu menempuh perjalanan cukup jauh ke Semarang untuk
mengambil SK CPNS. Rute yang kamu lewati adalah yang biasa kamu lalui ketika
menuju Semarang: Banjarnegara-Wonosobo-Temanggung-Sumowono-Bandungan-Ungaran-Gunungpati.
Kamu menginap di hotel dekat Unnes. Jarak hotel ini dengan tempat
pelaksanaan penyerahan SK sekitar 30 menit perjalanan menggunakan sepeda motor.
Sampai di hotel ini, kamu meletakkan barang-barangmu dan beristirahat sejenak.
Tak lama, kamu memutuskan untuk survei tempat pelaksanaan penyerahan SK CPNS.
Meskipun kamu pernah tinggal di Semarang selama lebih-kurang 5 tahun,
kamu tak begitu hafal rute menuju UIN Walisongo tempat penyerahan SK CPNS itu.
Maklum, dulu kamu termasuk mahasiswa miskin yang jarang sekali jalan-jalan
kecuali memang penting. Apalagi kamu juga sangat tidak menyukai kerumitan dan
keruwetan lalu lintas di kota.
Kamu berangkat dari rumah pagi-pagi sekali, sehabis solat subuh. Jalanan
masih sangat lengang sehingga kamu bisa melaju dengan cepat. Sepanjang jalan
menuju Wonosobo kamu dapat memacu motormu dengan sangat cepat, menurut ukuranmu.
Kamu sampai di Wonosobo sekitar setengah jam. Lampu-lampu di sekitar patung biawak
viral di Wonosobo bahkan masih menyala.
Kamu terus memacu motormu hingga sampai di Kledung, Temanggung. Biasanya,
di daerah ini kamu akan berhenti untuk istirahat atau buang air kecil. Namun,
karena kali ini kamu ingin cepat sampai Semarang, kamu memutuskan untuk tetap
melaju.
Nostalgia dulu duduk-duduk di pinggir Embung Unnes.
Setelah melewati Kledung, perjalanan menjadi lebih menakutkan. Banyak sekali
kendaraan-kendaraan besar yang melintas, jalanan yang sempit, dan rute yang
menurun membuat kamu harus sangat hati-hati. Dulu kamu tak akan begitu peduli
dan dengan santai menerobos, menyalip, hingga memacu motormu dengan cepat.
Namun, rasanya sekarang sangat berbeda. Kamu menjadi lebih takut dan mungkin jauh
lebih berhati-hati.
Kamu baru beristirahat ketika sudah sampai di pombensin dekat pasar di
sekitar perbatasan antara Temanggung dan Kabupaten Semarang. Di sana kamu hanya
mengisi BBM, kencing, dan kemudian melanjutkan perjalanan.
Kamu kembali beristirahat di daerah Bandungan, tepatnya di pombensin Bandungan.
Di sana ada tempat duduk dan meja bundar yang diteduhi dua pohon durian besar,
pas sekali untuk beristirahat. Kamu dan istrimu makan bekal di sana. Kupat dan
tempe bacem yang dibawa dari rumah rasanya nikmat, apalagi kamu memang sudah
lapar. Selain nikmat, ini lebih mudah dan lebih hamat biaya. Maksudmu lebih
mudah adalah kamu tak perlu memelankan motormu untuk mencari tempat makan yang
sudah buka. Kamu cukup menentukan lokasi istrirahat yang bagus kemudian memakan
bekalmu. Begitu. Dan, ini juga sangat hemat.
Ceck Out > Menuju UIN Walisongo
Rute yang juga cukup menegangkan adalah Jalan Raya Ungaran-Bawen. Jalan
ini penuh dengan kendaraan-kendaraan besar, yang jika melindasmu, kamu akan
langsung tamat. Selain kendaraan-kendaraan besar, panasnya jalan ini membuatmu sangat
tak menyukainya. Jika ada rute lain yang kamu tahu, tentu kamu akan memilihnya.
Rasanya sekarang kamu sangat tak menyukai perjalanan panjang, tak seperti dulu
lagi.
Saat perjalanan pulang, kamu merekam dengan jelas dala kepalamu saat
kamu menyalip sebuah mobil kontainer besar yang sangat panjang di Kledung.
Pikiranmu berkecamuk. Bagaimana jika kamu mati terlindas mobil itu? Sekarang
kamu sangat takut akan kematian. Ya, sebenarnya bukan kematian yang kamu
takutkan betul, melainkan nasib anakmu jika kamu mati. Atau, mungkin kamu tak
mau berpisah dengan anakmu. Dia telah membuat kamu berubah.
Kamu survei lokasi dengan bantuan google maps. Sempat beberapa kali kesasar,
namun akhirnya kamu berhasil menemukannya.
Kamu menunggu sangat lama di UIN sebab kamu datang satu setengah jam lebih
awal dari jadwal yang ditentukan. Tapi, bukan hanya kamu ratusan lulusan seleksi
CPNS 2024 telah memenuhi masjid di Kampus UIN Walisongo untuk persiapan
pengambilan SK CPNS.
Dalam gedung Auditorium II Kampus III UIN Walisongo itu berkumpul lebih
dari dua ribu orang, membuat suhu udara di ruangan memanas. Keringat berleleran
di dahi dan punggungmu. Rasanya sangat risih. Tapi, ini tetap kamu tahankan
demi selembar kertas SK yang akan mengubah pekerjaanmu dan gajimu tentu saja. Kamu
menahan kencing seharian. Sebenarnya ada kesempatan untuk ke toilet, namun
antriannya sangat panjang.
Saat menerima SK CPNS itu entah mengapa rasanya biasa saja. Kamu
membayangkan akan sangat bergembira ketika mendapatkannya. Namun, nyatanya
biasa-biasa saja. Bahkan kamu hanya membukanya untuk memastikan namamu tertulis
dengan benar di dalamnya dan tidak tertukar dengan peserta lain. Kamu tak
membaca di mana kamu ditempatkan untuk bertugas. Baru setelah kamu serahkan SK
itu kepada istrimu, kamu tahu bahwa kamu ditempatkan di MTs N 2 Banjarnegara.
Kamu langsung pulang setelah menerima SK CPNS. Kamu beristirahat di masjid
dekat asrama putri Unnes. Kamu makan sisa makananmu tadi malam, yaitu nasi,
ikan bandeng, martabak telor, dan martabak manis. Cukup kenyang. Kamu
melanjutkan perjalanan setelah lelahmu sedikit berkurang. Hujan mulai turun
bahkan ketika kamu masih berada di Patemon. Kamu memakai mantel dan melepasnya
di terminal Ungaran karena hujan sudah reda.
Hujan membuat perjalanan menjadi lebih berat sebab kamu harus sangat
hati-hati. Kabut dan jalan yang licin juga membuatmu harus lebih berhati-hati.
Akibatnya, perjalanan menjadi sangat lama. Dari Unnes hingga rumahmu yang
biasanya kamu tempuh selama 3 hingga 4 jam, kini harus kamu tempuh kurang lebih
5-6 jam. Kemampuan berkendaramu sudah sangat jauh menurun di malam hari, apalagi
jika disertai hujan. Lampu-lampu kendaraan yang menyorot berlawanan arah
denganmu membuatmu sangat kesulitan melihat jalanan sehingga kamu seringkali
tak sengaja terantuk jalan berlubang yang sangat tidak nyaman. Kamu terpaksa
mengendarai motormu dengan sangat pelan dan terpaksa menahan lelah lebih lama
lagi.
Kamu berkali-kali berhenti untuk memulihkan konsentrasimu. Tercatat,
kamu berhenti di masjid dekat asrama putri Unnes, masjid di tanjakan bandungan,
pombensin dekat pasar perbatasan Temanggung, pombensin dekat pabrik, angkringan
lamongan dekat Pasar, tikungan Sigaluh, dan terakhir di rumah. Biasanya kamu
hanya akan berhenti satu atau dua kali dalam perjalanan pulang. Namun kali ini
rasanya sangat berat. Ya, beginilah harga yang harus dibayar saat kamu
bertambah tua dan tanggung jawab di pundakmu bertambah berat.
Kamu tak bisa lagi menyia-nyiakan hidupmu dengan sembarangan berkendara kebut-kebutan di jalan raya. Ada anakmu yang menunggumu di rumah. Ada istrimu. Ada orang-orang yang menyayangimu. Ada kewajiban yang belum selesai kamu tuntaskan. Ya, semakin dewasa tanggung jawab semakin besar. Emosi menjadi lebih stabil. Segala yang tak begitu penting harus menyingkir atau lebih tepatnya kita singkirkan agar hal-hal yang penting dan bermakna mendekat dan dapat kita raih. Mungkin itulah esensi menjadi dewasa: menyingkirkan semua hal yang tak penting dan tak bermakna. Hidup akan selalu menuntun kita menuju kematian, sebab itulah kita sibuk mencari makna.
Komentar
Posting Komentar