Senin, 27 Mei 2024
Menentukan prioritas barangkali adalah bagian terpentingdalam hidup.
Ya, menentukan apa yang paling penting adalah yang paling penting dalam hidup. Kalau kamu bisa menemukannya, akan lebih mudah buatmu mengatasi berbagai masalah. Ocehan orang lain misalnya, akan dengan mudah kamu tepis karena memang bukan itu yang terpenting dalam hidupmu. Kesulitan-kesulitan akan dengan senang hati kamu hadapi. Tidak memudahkan memang, tapi paling tidak kamu tidak akan merasa terbebani dengan kesulitan itu.
Apa ungkapan paling sederhana untuk prioritas. Ada orang yang bilang tujuan. Ya, memang hidup perlu diisi dengan tujuan-tujuan. Bahkan untuk orang yang bilang kalau hidupnya mengalir seperti air. Asal jalan saja. Bukankah air juga bertujuan, bermuara, mengalir tidak asal mengalir. Ada lintasan-lintasan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Menguap dari tempat yang rendah (laut, danau, sungai) ke tempat yang lebih tinggi (langit) dalam bentuk awan. Orang juga bilang cita-cita. Kita diajari tentang cita-cita sejak kecil. Meskipun cita-cita yang diajarkan kepada kita begitu sempit. Jadi tukang sampah misalnya, akan dianggap kurang layak menjadi citacita.
Sekarang kembali kepada dirimu. Apa prioritasmu? Apa yang terpenting dalam hidupmu? Apa yang akan kamu rencanakan agar kamu tak kehilangan prioritasmu? Apa yang akan kamu lakukan agar kamu mendapatkan tujuanmu?
Saat sedang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kamu teringat sebuah buku yang ditulis oleh Mark Manson. Di buku itu, Mark menyarankan kepada pembacanya untuk menimbang nilai-nilai apa yang kiranya pantas untuk dihidupi. Sepertinya, kamu masih ingat kriteria nilai yang pantas untuk dihidupi. Ada tiga kalau tidak salah: (1) Berdasarkan kenyataan, (2) membangun secara sosial, dan (3) dapat segera diwujudkan. Lalu, kamu jadi teringat tentang peran-peranmu dalam kehidupanmu sekarang. Barangkali, tiga peran paling besar dalam hidupmu sekarang adalah sebagai suami, ayah, dan sebagaiguru. Selain tiga peran itu, kecil sekali peranmu di hal lain. Di masyarakat misalnya, bisa dibilang tak banyak yang bisa kamu lakukan. Paling-paling hanya ikut yasinan.
Kamu harus banyak-banyak merefleksikan tindakanmu. Mungkin sebelum tidur, kamu dapat secara rutin memeriksa semua keputusan-keputusanmu di hari itu. Mungkin tak akan mudah. Mungkin malah mustahil bisa melakukannya setiap hari. Tapi, kalau seminggu sekali barangkali kamu bisa. Target?
Hemm.
Pikiran-pikiranmu tak bisa lurus. Maksudmu, kamu memikirkan satu hal dan lantas memikirkan hal lain sesaat kemudian. Seperti kembang api yang memercik ke segala arah. Mungkin berlatih menulis cerpen lagi bisa membantumu meluruskan pikiran. Atau mungkin kamu perlu belajar menulis satu hal saja dalam satu tulisanmu.
Selasa, 28 Mei 2024
Hari ini kamu memutuskan untuk tidak masuk kerja. Kamu mengantar istrimu ke tempat kerja dan kemudian kamu pergi ke rumah ibumu di pucung. Kamu memang tidak masuk kerja, tapi nyatanya kamu tetap bekerja di rumah ibumu. Tinggal enam hari lagi anak didikmu akan melaksanakan penilaian akhir tahun, penilaian kenaikan kelas. Harusnya kamu tidak membolos. Harusnya kamu memotivasi anak-anak didikmu untuk lebih menambah jam belajar mereka sebab sebentar lagi ujian. Kamu malah membolos. Aku tahu mengapa kamu tak masuk kerja hari ini. Di permukaan kamu berkata pada dirimu sendiri bahwa alasanmu adalah karena rekan-rekanmu juga sering bolos. Masa hanya kamu sendiri yang tak membolos. Ya, di permukaan memang alasanmu seperti itu. Namun, pada kenyataannya di kedalaman hatimu kamu merasa kecewa pada dirimu sendiri. Kamu merasa bersalah karena tak memberikan yang terbaik buat anak didikmu. Aku bahkan tahu bahwa kamu merasa gagal menjadi guru. Kamu tak mengenal mereka. Bagaimana mungkin kamu akan mengubah mereka menjadi lebih baik, menjadi lebih cakap, menjadi lebih terampil dan pandai? Apakah kamu terlalu terikat pada identitasmu sebagai seorang guru sehingga sebagian besar waktumu tersita untuk memikirkan tentang sekolah? Tugas-tugas tak pernah selesai walaupun kamu lakukan setiap hari. Apakah memang perlu seperti itu?Kamu pamit dari rumah ibumu untuk menjemput istrimu di sekolah. Namun, sayang sekali ban motor belakangmu bocor. Kamu mencoba mencari tempat tambal ban. Sialnya bengkel tambal ban yang berada di daerah dari Bogan hingga Tambakan hanya satu yang buka. Ya, begitulah. Terpaksa kamu gladak motormu daripada mendorongnya.
Rabu, 29 Mei 2024
Perasaan iri pada keburukan sesungguhnyalah tidak baik. Aku tahu bahwa kamu juga tahu akan hal ini. Iri pada kebaikan saja ada yang dilarang. Seperti iri saat teman mendapatkan kesenangan atau harta. Apalagi iri pada keburukan. Sebenarnya kamu tak terlalu merisaukan perihal gaji orang lain. Namun, yang lebih kamu risaukan adalah kepercayaan masyarakat terhadap kinerja sekolah. Ya, begitulah. Saat ini memang kinerja sekolah bisa dibilang sangat buruk. Terutama kinerja para pengelolanya. Tak perlulah muluk-muluk pakai penilaian yang ribet.
Cukup pakai akal sehat saja. Kalau mau sedikit menghitung, kamu yakin rata-rata kehadiran guru dalam satu bulan ini kurang dari 70%. Kamu agak jengkel dengan kebiasaan mudah izin ini. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Kepala sekolah juga membiarkan saja hal itu. Tak ada yang dilakukannya. Padahal itu ada dalam wewenangnya. Mari kawan, kuajak kau untuk kembali berfokus pada apa yang bisa kamu lakukan. Pusatkan tenaga, pikiran, dan perasaanmu pada hal-hal yang berada dalam lingkaran kendalimu.
Abaikan saja hal-hal yang di luar kendalimu. Mungkin kamu bisa mulai dengan mendata hal-hal yang ada di luar kendalimu supaya kamu bisa segera beralih kepada hal-hal yang ada dalam kendalimu. Tulis saja sebanyak-banyaknya. Hal-hal yang ada di luar kendalimu:
- Tindakan orang lain
- Perasaan orang lain
- Wewenang orang lain
- Kata-kata orang lain
Apa yang tidak bisa kamu ubah, biarkanlah. Apa yang tidak menyakitimu secara fisik, biarkanlah. Sebenarnya hidup hanyalah sebuah voting. Setiap yang kamu lakukan adalah voting dirimu yang akan menentukan siapa sebenarnya kamu.
Nah, apa yang ada di dalam kendalimu adalah inversi dari apa yang bukan kendalimu.
- Tindakanmu
- Perasaanmu
- Wewenangmu
- Kata-katamu
Untuk nomor 1, 2, dan 4 bagaimana kalau kamu memakai saranku saja. Selalu berpikir dahulu sebelum memutuskan apa tindakanmu. Karena bukankah pikiran juga bisa kamu kendalikan? Meskipun kadang tidak juga. Haha. Paling tidak kamu punya kendali di sana. Ya sudah berusahalah untuk mengendalikannya.
Sedangkan nomor 3, kamu punya wewenang di rumah sebagai kepala keluarga, dan di sekolah sebagai guru. Maka manfaatkan saja wewenang itu.
Kamis, 30 Mei 2024
Kamu sedang belajar fokus. Di zaman yang serba disrupsi, kemampuan untuk fokus sangatlah penting. Maka dari itu, ayo kita belajar untuk fokus. Mengerjakan satu hal secara tuntas baru beranjak ke hal lain. Tidak melompat dari satu tugas ke tugas lain. Nah, sekarang mari kita fokus untuk membuat jadwal pengembangan diri supaya kamu terus berkembang dan terus berkembang.
Untuk membuat jadwal pengembangan diri, yang perlu kamu lakukan tentu saja menentukan prioritas. Keluarga, kesehatan, spiritualitas, dan pendidikan. Dari prioritas itu, kamu bisa menjabarkannya menjadi hal-hal yang lebih spesifik.
Aspek keluarga akan berkutat pada pendidikan anak dan aspek finansial. Kesehatan akan fokus ke olahraga dan makanan yang seimbang. Spiritualitas akan fokus ke empati dan penemuan makna kehidupan. Dan bidang pendidikan akan fokus ke perihal pengajaran akhlak dan pengetahuan. Sebelum membuat jadwal, yang perlu diperhatikan adalah bahwa kamu harus fokus ke pembangunan sistem bukan pencapaian target. Nah, yang ingin kamu bangun adalah kebiasaan. Untuk itu mari mencoba satu hal. Membuat jadwal dan mencoba selalu melaksanakannya.
Aku dan kamu punya tujuh hari dalam satu minggu. Senin, kamu gunakan untuk salah satu dari spiritualitas atau pendidikan.Selasa, kamu gunakan untuk pendidikan Rabu, untuk spiritualitas dan keluarga Kamis, untuk keluarga dan spiritialitas Jumat, untuk keluarga Sabtu, kesehatan Minggu, keluarga dan kesehatan
Pada aspek keluarga, kamu ingin belajar tentang pendidikan anak usia dini dan pengelolaan finansial. Pada aspek kesehatan kamu ingin belajar olahraga dan makanan sehat. Pada aspek spiritualitas, pencarian makna dan kebesaran sang pencipta Pada aspek pendidikan, pembentukan akhlak dan peningkatan kompetensi. Ayo kita konkretkan hal-hal tersebut.
- Pendidikan anak usia dua hingga tujuh tahun (2 -7 tahun)
- Penambahan pemasukan dan penghematan anggaran, peluang cpns
- Olahraga ringan seperti senam atau lari
- Aturan yang baik untuk sarapan
- Menulis atau membaca hal-hal di sekitarmu
- Pembentukan adab terhadap guru dan teman, serta lingkungan sekolah
- Belajar bahasa Inggris dan bahasa Jawa, atau mata pelajaran lainnya dan kaitannya dengan fenomena sosial
Senin: Aturan makan yang baik untuk sarapan Selasa: Olahraga ringan senam atau lari Rabu: Pembentukan adab guru dan teman Kamis: Menulis hal-hal di sekitarmu Jumat: Penambahan pemasukan dan penggunaan anggaran Sabtu: Pendidikan anak usia 2-7 tahun Minggu: Belajar bahasa Inggris dan bahasa Jawa.
Komentar
Posting Komentar