Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Kembali Ke Lingkaran Kendali

  Apa yang bisa kamu lakukan, itulah yang seharusnya kamu perhatikan. Tak seharusnya kamu menaruh perhatian besar pada apa yang berada di luar kendalimu. Sistem pendidikan adalah salah satu yang berada di luar kendalimu. Maka, tak perlu gusar dan cemas akan sistem pendidikan yang tak sesuai dengan harapanmu. Masih ada banyak hal, yang berada di dalam kendalimu.  Nah, ini saatnya untuk kembali ke lingkaran kendali. Menikmati momen. Hangat matahari. Angin sepoi-sepoi, dan kecantikan istri. Mari nikmati rasa kantuk saat Jumatan; nikmati bias cahaya cemerlang yang terpantul dari dinding-dinding rumah; nikmati kabut yang sayup-sayup terlihat berbaur dengan kerlip lampu malam yang keemasan. Nikmati bebunyian yang mampir ke ruang dengarmu. Nikmati otot-otot pegal yang datang pelan-pelan saat ada yang bersandar padamu.  Kembali ke lingkaran kendali adalah kembali memasuki ketenangan; kembali memancarkan keceriaan; kembali menjadi tumpuan; kembali kepada ketangguhan. Jika hidup me...

Perjalanan

Aku menikmati rasa kagum pada pepohonan. Ini bukan hal yang aneh kukira. Orang punya kekagumannya masing-masing. Pepohonan acap jadi tempat parkir untuk kegelisahan dan keraguan. Mungkin sebab mereka tak menawarkan apa pun. Aku lebih percaya pada pohon-pohon yang akar-akarnya selalu bersetia pada tanah.   Aku membuang semua rahasiaku pada daun dan batang-batang pohon yang lantas menguburnya di dalam tanah. Kata siapa pepohonan berfotosintes dengan menyerap nutrisi dari tanah. Tidak, kawan. Pepohonan menyerap kegelisahanmu dan mengolahnya menjadi kesejukan yang kamu hirup ke dalam dadamu. Mereka menghidupi kita.  Bagaimana aku menjelaskannya padamu itu mungkin tidak penting. Tapi, aku selalu merasa tak menemukan kesalahan pada tanaman-tanaman yang tumbuh di pinggir jalan, di taman-taman, atau di mana pun. Semua tampak pas dan serasi. Bahkan ranting-ranting yang mengering yang disinggahi burung-burung kutilang atau emprit kaji.  Aku rasa, selama ini pepohonan menawarka...

Kupu-Kupu Kertas

Kupu-kupu kertas. Sebuah lagu yang masih kudengarkan hingga sekarang. Itu bukan lagu yang lahir saat aku remaja atau saat masa SMA. Bukan. Bisa dikatakan lagu ini jadul. Aku mulai sering mendengar lagu ini saat kuliah. Aku lupa awalnya kapan. Yang jelas lagu ini sering aku dengar saat kuliah. Selain lagu ini aku juga sering mendengar lagu-lagu lain Ebiet G Ade. Ada semacam kerinduan syahdu yang mengendap di dalam perasaanku yang aku sendiri tak tahu kerinduan macam apa itu. Yang kurasakan adalah sebuah kenikmatan kenangan saat dulu aku sering sendirian. Mungkin karena lagu-lagu ini sering aku dengar saat dulu aku menikmati kesepianku. Aku suka menikmati hal-hal yang sederhana seperti suara rintik hujan atau petikan gitar saat aku sendirian atau dedaunan di rantingranting pohon yang tertiup angin sebab semua itu entah mengapa membuatku tenang. Betapa melankolis. Bagiku, lagu-lagu Ebiet membangkitkan satu kesenduan tapi sekaligus hasrat untuk meromantisasi keadaan. Hasrat meromantisasi k...