Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2022

Rumah

Rumah itu apa? Pertanyaan yang sepele tapi bisa menyeret siapa saja ke ranah filosofis. Untuk semua orang. Jawabannya bisa rumit, bisa juga sangat sederhana. Rumah bagimu adalah tempat untuk kembali setelah kamu berjibaku dengan berbagai hal, yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Rumah idealnya adalah tempat ternyaman di mana kamu bisa benar-benar menjadi dirimu sendiri. Memikirkan rumah membawamu pada konsep tempat atau ruang. Ini karena secara konvensional rumah memang bisa diartikan tempat tinggal. Namun, apakah kamu tidak mau memperluasnya dengan hal lain selain yang berkaitan dengan konsep ruang? Misalnya apa? Kamu tanya misalnya? Waktu, mungkin. Nah, mari diskusikan ini. Rumah dalam pengertian waktu mungkin bisa dimaknai sebagai suatu waktu saat kamu bisa menikmati momen yang terjadi saat itu. Impresi. Yang paling penting saat ini adalah bagaimana kamu mempersiapkan rumah untuk anakmu.

Kecemasan

Anakmu belum juga lahir sampai hari ini. Hari ini adalah HPL terakhir yang disampaikan dokter. Tapi, anakmu belum juga lahir. Pertanyaan yang sebenarnya adalah, apakah kamu sudah benar-benar siap menjadi seorang ayah? Apa yang sudah kamu persiapkan? Sesungguhnya seseorang tak mungkin benar-benar siap menjadi seorang ayah sebanyak apapun yang telah dia persiapkan. Menjadi seorang ayah kukira adalah sebuah proses panjang yang tak bisa disiapkan seperti kita menyiapkan bahan-bahan untuk memasak nasi goreng. Anakmu akan punya pemikirannya sendiri dan dia juga akan berproses menjadi dirinya sendiri. Dalam proses itulah kamu berperan mendampinginya. Kamu berperan membimbingnya menemukan rumahnya sendiri. Rumah adalah tempat dan waktu yang bersekutu membuatmu mampu menjadi diri sendiri, merasa nyaman dengan apa adanya dirimu. Bagaimana kamu menyediakan rumah yang seperti itu untuk anakmu? Istrimu saat ini tentu saja sangat khawatir. Sampai saat ini bayi dalam kandungannya belum juga keluar. D...

Di Halaman Rumah

Bendera yang berkibar. Matahari sore dan kemilau daun-daun yang terkena cahaya kuning. Cicit anak ayam. Tekukur di kejauhan. Hari kemarin sudah hilang. Hari ini pun akan sama juga. Sebuah anime tentang ingatan. Mungkin, kalau kau sudah tua nanti, hanya ingatan yang kau punya. Itu pun jika kau punya. Kenapa tak membuatnya saja, kenangan itu? Sapu lidi. Ingatan akan sebuah cahaya keemasan di langit sore, langit sebelum malam di salah satu sekolah di Dawuhan. Ingatan tentang kesyahduan gambaran hujan dekat lampu jalan, yang sebagian daerah pandanganmu sudah gelap. Garis-garis hujan yang seperti ribuan jarum tertata lurus itu. Sekarang. Lagu yang dinyanyikan televisi, yang tentu kalah dengan lagu yang dinyanyikan langsung oleh seseorang. Kemampuan menikmati momen yang hilang pada dirimu. Apakah kamu masih belajar? Apakah saat ini kamu masih belajar? Handuk yang tergeletak di kasur. Sarung yang tak dipakai dengan semestinya dan sajadah yang sudah tergelar namun hanya kau duduki saja. Ada ju...

Dunia Orang Lain

Kamu tak pernah tahu dunia seperti apa yang ada dalam pikiran orang lain sebelum kamu menyelaminya. Dunia dalam pikiranmu saja kadang buram dan tak mampu sepenuhnya kamu pahami. Buat apa menghakimi orang lain dengan kata-kata, “Kasihan, ya dia!” atau “Enak banget hidupnya.” Orang yang kamu pandang perlu dikasihani bisa saja memandangmu seperti kamu memandangnya, bahwa di matanya kamulah yang perlu dikasihani. Seorang yang tak punya rumah berjalan di depan toko sambil membawa kayu panjang, ember, dan kain. Mbah berkata orang itu berjalan dari satu daerah ke daerah lain dan tidur entah di mana. Dia bukan orang gila. Dia hanya tak punya rumah. Itu membuatmu merenungkan apa sebenarnya yang ada di kepalanya. Sedang memikirkan apakah orang itu? Apakah dia bahagia? Apakah dia punya tujuan? Dunia seperti apa yang ada dalam kepalanya? Apakah kamu bisa mengintip dunia di dalam kepala orang lain? Mungkin saja bisa. Meski hanya sedikit yang bisa kamu lihat, tapi itu cukup menarik. Minggu, 21 Agust...