Langsung ke konten utama

Menikmati Momen Apapun Itu

Aku ingin menikmati momen saat ini: menikmati angin yang berembus menerpaku saat sedang naik motor, menikmati lanskap pepohonan dan rumah-rumah di kejauhan, menikmati biru langit dan awan putih keabuabuan yang berarak di atasku. Banyak hal bisa kunikmati tanpa banyak usaha kukeluarkan. Citraan penglihatan terbentang luas di hadapanku. Begitu juga dengan pendengaran. Ada begitu banyak suara-suara di sekitarku: kicau burung, obrolan manusia, desau angin, deru kendaraan, bakhan detak jantung. Itu baru hal-hal yang bisa kudengar dan kulihat, padahal masih ada yang bisa kurasakan, kusentuh, bahkan kubaui. Tekstur makanan yang aku kunyah dalam mulutku adalah salah satu contohnya. Biasanya, aku mengunyah dengan cepat dan langsung menelan makananku. Aku tak merasakan teksturnya. Rasa asli dari makanan yang aku kunyah juga sebuah kenikmatan. Suhu udara yang berubah-ubah yang membuat tubuhku merasakannya serta segala jenis aroma yang mampir ke hidungku adalah kenikmatan yang hanya bisa kunikmati kalau aku mau meluangkan kesadaranku untuk merasakannya. Jika aku tak bisa menangkapnya sebagai kenikmatan, semua itu hanya akan berlalu tanpa bekas apapun. Bahkan mungkin, semua itu akan jadi polusi buat tubuhmu. Suara-suara yang menyambangi telungamu hanya akan jadi kebisingan. Semua pemandangan hiruk-pikuk manusia yang tertangkap matamu hanya akan jadi kesumpekkan. Udara hangat yang menerpamu hanya akan membuatmu gerah. Udara dingin membuatmu menggigil. Kamu menggerutu atas makanan yang kamu makan. Syukur yang sesungguhnya mungkin lahir dari menikmati hal-hal itu. Syukur yang tak membuatku harus membandingkan diriku dengan orang lain lebih dulu. Syukur tanpa rasa takut kehilangan. Namun, saat ini tentu aku belum dapat mencapainya. Aku punya banyak keinginan. Dan karena itu, aku juga punya banyak ketakutan akan kehilangan. Ilusi kehilangan masih menyelimutiku. Aku tahu bahwa aku tak punya apa-apa. Tapi, tetap saja aku takut kehilangan. Bukankah jelas bahwa ini adalah ilusi. Bagaimana aku keluar dari ilusi ini? Bagaimana agar aku bisa menikmati hal yang paling sederhana sekalipun? Jawabannya sangat sederhana: lakukan saja. Cukup lakukan saja. Namun, melakukannya jelas tak sesederhana menulis dan mengucapkannya. Ada begitu banyak hal yang saat ini tak bisa kunikmati. Ada banyak hal yang tak kumengerti. Itu semua mengganggu pikiranku. Dan pikiranku sering menyabotase diriku. Merampas kenikmatan sederhana yang kumiliki. Aku terus berpikir bagaimana caranya mengalahkan pikiranku. Padahal ini tentu sangat absurd. Aku berpikir untuk mengalahkan pikiranku. Hahaha. Mungkin yang harus kulakukan bukan mengalahkannya, tapi bekerja sama dengannya, atau malah menikmatinya. Hahaha.

Kamis, 3 Maret 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Takziah

Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur.  Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan. 

Direktori Kenalan di MTs N 2 Banjarnegara

Hari ini aku mengenal beberapa orang di MTs N 2 Banjarnegara:  Ibu Anti. Guru bahasa Inggris. Penulis soal ANBK. Berasal dari Kendal. Ngekos di sekitar lokasi madrasah. Bisa bawa motor sendiri. Mudah akrab dengan orang-orang. Lulusan Unnes. Punya rencana menikah di waktu dekat ini. Berangkat ke kantor nyangking rames. Ibu Vita. Guru Bahasa Jawa. Berasal dari Talunamba, Kec. Madukara. Sebelum menjadi guru, dulu bekerja sebagai seorang perangkat desa. Lumayan bisa main gamelan. Lulusan Unnes. Sepertinya suka nyanyi.  Ibu Alta/Annisa. Guru BK. Berasal dari Susukan. Bisa nyanyi.  Ingin mengubah citra Guru BK sebagai guru yang ramah dan penuh cinta.  Ibu Sofie. Guru SKI. Berasal dari Purbalingga. Tidak bisa naik sepeda motor sendiri. Ijazahnya adalah pendidikan sejarah. Lulusan UIN Saizu Purwokerto. Bapak Wahyu. Kepala Tata Usaha MTs N 2 Banjarnegara. Tinggi dan tenang pembawaannya. Asal dari Mandiraja.  Bapak Wangit. Waka Kurikulum. Orangnya ceplas-ceplos. Asal dar...

Pesta Siaga dan Keresahan yang Kurasakan

Aku tahu bahwa maksud pelaksanaan pesta siaga bertujuan baik, yaitu sebagai sarana pembentuk karakter siswa. Namun, praktik yang kutemukan justru membuatku muak. Hal-hal yang membuat aku muak antara lain:  Pertama, di sekolah tempatku bekerja tak ada ekstrakurikuler Pramuka. Anak-anak hanya dilatih saat akan ada acara pesta siaga saja. Selain itu tak ada latihan apapun atau kegiatan apapun yang berkaitan dengan Pramuka. Serba instan. Inilah yang aku tak suka.  Kedua, fokus sekolah adalah meraih prestasi untuk mengharumkan nama sekolah. Itulah mengapa yang dipilih adalah anak-anak terbaik. Jika memang tujuan awal adalah pembentukan karakter harusnya siapapun yang ingin mengikutinya boleh-boleh saja diikutsertakan. Jika peserta yang boleh ikut dibatasi, paling tidak sekolah memfasilitasi anak-anak lain yang tak kebagian jatah dengan kegiatan lain yang juga fokus dalam pembentukan karakter.  Ketiga, latihan dilakukan saat jam pelajaran. Ini sangat mengganggu kegiatan pembela...