Kamu menjadi pengawas PAS hari ini. Udara pengap sebab masker yang kamu pakai menutupi sirkulasi pernafasanmu. Kamu membaca Perempuan di Titik Nol. Kamu sudah lama sekali tak membaca karya sastra. Hari-hari rasanya berat sekali. Padahal, kamu tahu bahwa apa yang kamu lalui ini tak ada apa-apanya dibanding dengan penderitaan yang diciptakan dunia ini. Panas matahari dan aliran pikiran yang tak sehat. Kamu menyadari semuanya. Yang sebenarnya lelah adalah pikiranmu, bukan fisikmu. Membaca Perempuan di Titik Nol seperti sebuah peristirahatan mental yang menyenangkan. Punggungmu kaku karena terlalu banyak duduk. Kakimu pegal. Kepala yang terasa berdenyutdenyut. Suara Azan berkumandang. Rasa lapar menyerang meski hanya samar-samar. Sepertinya anak-anak juga merasakan hal yang sama. Kantuk yang tak tertahankan. Soal-soal ujian yang tak relevan lagi. Kamu akan mati sebab belum ada obat untuk kematian. Atau, mungkin tidak akan pernah ada. Mata yang memandang lelah. Badan yang tergeletak di meja. Apa yang mereka dapatkan? Apakah itu urusanmu? Azan zuhur berkumandang. Waktu menyelesaikan soal masih setengah jam lagi. Saya tahu mereka sudah selesai mengerjakan soal dan sudah ingin sekali pulang ke rumah. Saya tahu mereka sudah tidak membuka soal lagi. Apa ini. Ujian apa ini. Tentu, saya tahu ujian hidup pasti akan lebih berat dari ujian ini. Apa yang mereka kerjakan hari ini sungguh tak ada apa-apanya. Itu semua bahkan mungkin tak akan menjadi bekal buat mereka. Mereka adalah boneka-boneka yang bertindak bukan atas kemauan sendiri. Sebentar lagi semuanya selesai. Saya akan mengakhiri kepura-puraan ini. Kadal yang merayap di lantai beton dengan penuh kewaspadaan. Dia bahkan mungkin boleh dikata lebih bebas dariku.
Jumat, 14 Februari 2025 Hari ini kamu takziah di Dawuhan. Ibu dari guru bernama Eka, yang sekaligus operator RA, meninggal dunia. Ternyata suami Bu Eka adalah murid Pak Ifin dulu kala. Di depan rumah ada pohon durian yang berbuah cukup lebat. Aku heran, mengapa orang-orang seperti terkoneksi satu dengan yang lainnya. Saat orang menyebutkan satu nama, maka akan merembet ke nama-nama lain yang sama-sama dikenal. Sungguh terlalu. Setelah takziah, kamu mampir ke rumah ibumu di Pucungsari. Nanti setelah salat Jumat, kamu akan muyen ke Sikasur. Tadi di sekolah rasanya puas saat melaksanakan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Materi Haji dikemas dengan sedikit permainan kelompok menjadi sedikit lebih seru dan menarik perhatian siswa. Yang biasanya ngobrol dan tak mendengarkanmu tadi lumayan mendengarkanmu. Ya, lumayan.
Komentar
Posting Komentar