Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Pusat Pikiran

Saya baru saja membaca satu tulisan pendek tentang pusat pikiran. Pusat pikiran memengaruhi cara seseorang memandang sesuatu dan pada akhirnya memengaruhi cara seseorang bersikap dan bertindak. Ini sebenarnya mirip dengan apa yang pernah saya baca perihal nilai-nilai hidup. Seseorang sebenarnya entah sadar atau tidak selalu punya nilai-nilai yang mereka hidupi. Nilai yang mendasari hampir semua perbutan mereka. Kembali ke soal pusat pikiran. Di tulisan itu, si penulis mencontohkan salah satu pusat pikiran seorang manusia: sex. Orang yang pusat pikirannya adalah sex maka pandangannya tentang dunia di sekelilingnya juga akan berpusat pada sex. Misalnya, ia melarang istrinya keluar rumah karena takut lelaki lain akan menjadikan istrinya sebagai objek sex. Itu sebenarnya adalah cerminan pikirannya sendiri. Tulisan itu membuat saya memikirkan apa sebenarnya pusat pikiran atau nilai yang selama ini saya hidupi. Apa yang mendasari semua hal yang selama ini saya lakukan. Apakah saya hanya hidu...

Rinai Hujan di Depan Rumah

Bunyi tak-tak air yang menghantam cor-coran jalan. Hawa dingin yang menjalar. Langit putih. Istri masak pisang goreng. Kurang apa lagi? Suara motor menderu membelah hujan. Aroma kopi yang mengepul. Rasanya, tak perlu tambahan apa-apa lagi untuk bahagia. Tapi, memang begitu. Bukankah memang kita bisa bahagia tanpa perlu apa-apa selain diri kita sendiri? Ada buku-buku yang belum selesai dibaca. Tapi, bukankah ada banyak hal yang juga perlu dibaca? Agar-agar hijau yang belum selesai dimakan. Pisang belitung yang menggantung di dinding. Kipas angin yang diam. Dingin masih terus meruyak udara. Aku duduk dan mendengar televisi ngoceh soal gizi. Istri datang dengan pipnya yang hangat. Apa lagi yang kurang? Sore yang sempurna. Namun, aku tiba-tiba teringat mamak. Aku teringat orang-orang di desaku. Sedang apa mereka, ya? Apakah di sana juga hujan?

Medan Juang

Tepat Waktu Jadi orang yang tepat waktu sangat menyebalkan di negeri ini. Sudah berkalikali kamu datang ke sebuah acara secara tepat waktu dan yang terjadi justru kamu harus menunggu lama. Acara yang dijadwalkan jam 8 tapi baru dimulai jam 9. Sudah begitu, masih harus mendengarkan sambutan-sambutan yang membosankan. Kalau isi sambutan itu penting, masih mending. Sudah membosankan, tak penting pula. Para penyambut itu juga bicara omong kosong soal integritas. Apanya yang integritas kalau terhadap waktu saja tidak bisa menghargai. Gak heran, untuk urusan teknikal meeting saja bisa sampai seharian. Coba kalau tepat waktu dan pembicara tidak ngomong ngalor ngidul gak jelas, mungkin Cuma butuh waktu satu atau dua jam saja cukup. Ya, tapi begitulah. Banyak orang-orang yang bekerja tidak sesuai dengan cita-cita organisasinya. Medan Juang Sampai saat ini, saya masih belum juga tahu medan juang seperti apa yang sebaiknya saya geluti. Rasanya tidak ada sesuatu yang sedang saya kejar. Hidup lempe...

Hubungan dengan Pasangan

Sekarang kamu sudah punya seorang istri. Kamu bukan lagi bujangan yang memutuskan segala hal dengan pertimbangan egomu saja. Ada ego istrimu yang harus kamu pertimbangkan. Istrimu punya pemikiran. Dia punya idealnya sendiri. Saat ini, kalian hanya menjalani pernikahan kalian apa adanya. Kamu sesekali memikirkan istrimu. Mungkin dia juga sesekali memikirkanmu. Kalian menjalani rutinitas biasa setiap hari: bangun pagi lalu mandi dan mencuci baju; sarapan pagi berdua; berangkat ke kantor lewat jalur yang sama; mengajar di kelas masing-masing; pulang ke rumah, sesekali beli jajan di jalan; tidur siang yang melelahkan; menonton TV menjelang maghrib; makan malam, kadang berdua, kadang bareng-bareng; main HP sampai malam, kadang mengerjakan tugas kantor; dan yang terakhir tidur bareng. Rutinitas ini berulang. Mungkin akan berulang bulan ke bulan, tahun ke tahun. Begitu terus. Apakah dalam rutinitas itu ada pertumbuhan? Apakah rutinitas itu membuat hubungan kalian semakin erat? Apakah kalian j...