Aku tinggal di lingkungan yang masih memegang erat nilai-nilai patriarki. Tidak akan ada yang keberatan kalau aku tak membantu istriku menyelesaikan urusan rumah: beres-beres kamar, menyapu lantai, mencuci baju, mencuci piring, dan merapikan barang-barang. Semua itu dianggap domain perempuan. Orang-orang bahkan menganggap hal-hal seperti itu adalah kodrat seorang perempuan. Jujur saja, nilai-nilai seperti ini menguntungkan buatku sebagai seorang laki-laki. Tapi, aku punya nilai-nilaiku sendiri. Tak masalah buatku jika harus mengerjakan urusan rumah tangga. Dari dulu aku suka beres-beres; aku suka menata barang-barang yang tak terletak di tempat seharusnya mereka berada; aku suka membuang barang yang tak digunakan; bahkan mungkin aku punya obsesi pada kerapian. Bagiku, urusan rumah tangga adalah urusan kerja sama. Format kerja sama tentu boleh berbeda-beda. Suami bekerja di luar rumah dan istri mengurus rumah dan anak-anak bagiku hanyalah salah satu format kerja ...